Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan pesat bisnis e-commerce di Indonesia ternyata tidak disertai oleh perbaikan kesiapan infrastruktur pembayaran, keamanan dan logistik.
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pekan lalu merilis indeks B2C E-Commerce 2016 yang mengukur kesiapan 137 negara melayani bisnis perdagangan daring.
Indeks disusun berdasarkan 4 indikator yaitu penetrasi penggunaan internet, server aman tiap 1 juta penduduk, penetrasi kartu kredit, dan tingkat keandalan jasa pos.
Peringkat kesiapan e-commerce Indonesia turun dari posisi ke-88 pada laporan 2015 menjadi posisi ke-93 pada laporan yang dirilis tahun ini.
Faktor yang membuat kesiapan Indonesia atas bisnis e-commerce masih rendah adalah porsi pemegang kartu kredit yang masih 2% dari total populasi dan jumlah pengguna internet yang masih 17% dari total populasi.
Data UNCTAD juga menunjukkan konsumer belanja online di Indonesia baru mencapai 3,63 juta atau sekitar 9% dari pengguna internet dan sekitar 2% dari total populasi.
Negara dengan tingkat kesiapan e-commerce paling tinggi adalah Luksemburg, diikuti oleh Eslandia, Norwegia, Kanada dan Jepang. Jepang dan Korea Selatan dinilai memiliki keandalan jasa pos terbaik di dunia.