Bisnis.com, JAKARTA- Bisnis batu mulia masih atraktif meski demam batu cincin sudah reda, ditopang ceruk pasar berisi konsumen yang sudah puluhan tahun menggilai batu akik.
Muhammad Yusuf dari Borneo Batu Alam mengakui demam batu cincin yang tahun lalu melanda Jakarta memberikan keuntungan lebih bagi pengusaha batu mulia.
Namun, batu cincin yang penjualannya tahun lalu melonjak tajam hanya sebagian kecil dari bisnis batu mulia. Penurunan minat masyarakat atas batu cincin tidak berarti harga batu mulia jatuh.
“Saat ramai-ramainya kami merasakan tambahan keuntungan, tetapi tidak berarti setelah itu sudah tidak ada pasarnya,” kata Yusuf di pameran Inacraft 2016, Sabtu (23/4/2016).
Dia menjelaskan pedagang yang terpukul oleh penurunan minat, menurutnya, adalah mereka yang baru memasuki bisnis batu mulia karena tergiur oleh tren.
Pengusahan yang sudah lama bergelut di bisnis batu mulia sudah memiliki ceruk pasar berisi konsumen yang telah puluhan tahun mengoleksi dan menggemari beragam mineral berharga tersebut.
Kios Borneo Batu Alam di Inacraft memang masih penuh oleh pengunjung yang berminat membeli atau hanya melihat-lihat variasi batu akik yang dipamerkan.
Salah satu koleksi yang dipamerkan adalah sebuah batu jenis flouride berwarna hijau berbobot 780 kilogram yang tingginya mencapai dada manusia dewasa
Yusuf mengklaim sudah ada dua pengunjung Inacraft yang berminat membeli batu yang dipatok berharga Rp360 juta tersebut. “Siapa yang berminat sebaiknya tidak usah dipublikasikan. Mereka sudah tawar dengan harga tinggi, tetapi belum saya lepas.”