Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku usaha industri kerajinan diminta untuk terus meningkatkan mutu produk seiring membaiknya akses pembiayaan dan akses pasar.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Soegiarto mengatakan mutu produk yang dihasilkan pengrajin, termasuk yang mengikuti ajang Inacraft 2016, sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Mutu sudah mengalami peningkatan, tapi mutu produk dan mutu pengusaha akan terus didorong untuk ditingkatkan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (20/4).
Soegiarto melanjutkan pelatihan serta pembinaan dari berbagai kementerian dan instansi disebut sebagai salah satu cara mengerek kualitas produk, di luar studi produk dan pasar di luar negeri.
Menurut Asephi, saat ini sekitar 64% pelaku usaha yang mengikuti Inacraft 2016 merupakan peserta mandiri alias tidak dibawa oleh dinas tertentu.
Hal itu menunjukkan pembinaan dari pemerintah terhadap industri kerajinan cukup berhasil. Adapun jumlah peserta Inacraft tahun ini adalah sekitar 1.400 perusahaan kerajinan, baik produsen maupun eksportir dari 34 provinsi di Indonesia.
Terkait akses pembiayaan, Asephi mengungkapkan kemitraan dengan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) yang ditandatangani pada awal 2016 terbukti mampu membantu pengrajin dalam mendapatkan modal usaha.
Dalam penyelenggaran Inacraft misalnya, pengrajin bisa meminta konsultasi bisnis maupun bantuan terkait pinjaman ketika melakukan transaksi dagang dengan pembeli.
“Permodalan memang sebelumnya banyak yang mengeluhkan. Tetapi, sekarang ada bantuan dari Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB) Kementerian Koperasi dan UKM. Kerja sama dengan APPI juga efektif,” tukas Soegiarto.
Menteri Perindustrian Saleh Husin menuturkan juga menyatakan daya saing pelaku usaha menjadi faktor utama saat ini.
“Tentu tidak hanya rajin, tapi juga punya inovasi dan kreativitas tinggi supaya mutu dan desain itu betul-betul mempunyai kualitas yang tinggi. Kalau demikian, tentunya harga jual produknya juga akan terdongkrak naik,” paparnya.
Kementerian Perindustrian, sebutnya, memiliki lebih dari 20.000 Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) di daerah yang berfungsi menjadi penghubung antara perbankan dengan pengrajin.
Lewat TPL, pengrajin mendapat pembinaan dan perbankan lebih mudah mencari pengusaha yang membutuhkan bantuan dana.
Sementara terkait akses pasar, Saleh menyatakan pemerintah aktif membuka jalan bagi pelaku usaha untuk mengikuti berbagai pameran di dalam dan luar negeri baik yang digelar oleh pemerintah maupun swasta.
Sebelumnya, dalam pembukaan Inacraft 2016, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pengusaha kerajinan tangan nasional untuk membuat produk fungsional yang bernilai ekonomi demi meningkatkan pendapatan masyarakat dan tidak hanya menciptakan produk hiasan atau aksesoris.
“Kalau dulu, kerajinan lebih bersifat hiasan atau kelengkapan. Kalau bicara hari ini, tentu harapannya ingin menjadikan suatu produk yang menghasilkan kegiatan ekonomi,” ucapnya.
Wapres mengatakan pengrajin harus penuh dengan kreatifitas, inovasi, dan ketelitian untuk menghasilkan produk yang baik.
Inacraft tahun ini ditargetkan mencetak nilai transaksi sekitar Rp289,3 miliar dalam bentuk ritel dan kontrak dagang. Pada 2015, nilai transaksi ritel pada pameran tersebut menyentuh Rp133 miliar dan kontrak dagang mencapai US$10 juta.