Bisnis.com, MAKASSAR - PT Pelindo IV (Persero) menjadwalkan tahapan pengembangan Pelabuhan Jayapura, Papua, pada tahun ini seiring dengan peningkatan status pelabuhan sebagai pintu ekspor komoditas setempat.
Direktur Operasi dan Komersial Pelindo 4, Alif Abadi, mengatakan pengembangan infratruktur maupun supratruktur di pelabuhan tersebut akan dilakukan secara simultan agar kedepannya mampu memangkas ongkos logistik di wilayah timur khususnya di Papua.
"Peluang penjualan barang atau komoditas melalui Jayapura sangat prospektif, terlebih pelabuhan ini merupakan salah satu jaringan untuk mendukung program Tol Laut pemerintah,” katanya, Senin (11/4/2016).
Sesuai dengan perencanaan, perseroan menyiapkan alokasi anggaran sekitar Rp300 miliar pada tahun ini dalam mendukung pengembangan Pelabuhan Jayapura.
Pelabuhan Jayapura merupakan salah satu pelabuhan kelolaan Pelindo 4 yang masuk dalam perencanaan revitalisasi sembilan pelabuhan yang ditargetkan rampung 2018 dan beroperasi secara penuh pada tahun selanjutnya, dengan estimasi investasi Rp3,2 triliun yang bersumber dari PMN dan kas internal.
Adapun pelabuhan kelolaain lain yang direvitalisasi perseroan secara simultan mulai tahun ini, yakni Bitung, Kendari, Tarakan, Ambon, Ternate, Sorong, Merauke dan Manokwari.
Pada pekan lalu, rangkaian pengembangan Pelabuhan Jayapura juga telah dimulai melalui pembukaan jalur pelayaran langsung (direct call) ke negara tujuan ekspor China dengan memberangkatkan 40 kontainer komoditi kayu olahan.
Pelaksanaan direct call itu merupakan bentuk sinergi antara Pelindo 4 dan Pemerintah Provinsi Papua yang telah merintis pengapalan ekspor langsung (direct call) ke negara tujuan pada awal 2016 melalui pelabuhan Makasar dilanjutkan ke Papua Barat dan Papua.
Dengan direct call itu, pengusaha Papua mendapatkan penghematan waktu pengiriman 10 hari dan hemat biaya hampir US$300 sampai US$600 per kontainer.
Direktur Utama Pelindo 4 Doso Agung menyampaikan melalui ekspor dan impor langsung dari dan ke Papua akan mampu meningkatkan indeks perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Papua.
Doso juga mengajak Pemda Papua untuk berinvestasi mengembangkan pelabuhan Jayapura sebagai pelabuhan internasional sehingga nantinya Pemda Papua dapat melakukan konversi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang semula bersumber dari pertambangan dan kehutanan menjadi usaha di bidang jasa atau services kepelabuhanan.
"Kalau usaha pertambangan dan kehutanan kan ada batas masanya, tapi kalau usaha jasa/services di bidang Kepelabuhanan akan menghasilkan manfaat selamanya. Selain dapat melancarkan perdagangan dan ekonomi di Papua,"ujarnya melaui siaran pers, Sabtu (9/4/2016).
Dalam MOU antara Pemda Papua dengan Pelindo 4 juga tertuang rencana peningkatan kerjasama di bidang ekspor impor dan pengembangan kepelabuhanan di wilayah Papua. Saat ini, jumlah komoditas ekspor langsung dari Papua masih berkisar rata-rata 40 kontainer per minggu.
"Kami berkeyakinan bahwa ke depan hal ini akan dapat ditingkatkan melalui pengembangan potensi ekspor komoditas lainnya di masa mendatang seperti produk ikan beku, hasil laut olahan dan rumput laut"paparnya.
Gubernur Papua Lukas Enembe sebelumnya menyatakan ekspor perdana dari Papua merupakan langkah awal menuju visi kemandirian Papua dan mewujudkan kesejahteraan pengusaha dan masyarakat Papua.
“Ini karya nyata yang dilakukan Pemda Papua dan Pelindo IV, riil dan konkrit, tidak hanya teori atau wacana, dan langsung bisa dinikmati dan keliatan hasilnya untuk kemudahan pengusaha dan kesejahteraan masyarakat papua,” ujar Lukas.
Dia berkeyakinan untuk tahap selanjutnya volume komoditas ekspor dari Papua akan dapat di tingkatkan dari waktu ke waktu, jika sekarang hanya 40 kontainer per minggu mungkin selanjutnya bisa 100kontainer/minggu dan terus meningkat.
Sebelumnya hasil kayu olahan asli Papu jika akan dikirim ke luar negeri harus melalui antar pulau dulu seperti ke Surabaya atau Jakarta sehingga status ekspornya adalah di Surabaya atau Jakarta, di samping double handling turun naik pindah kapal sehingga biayanya tinggi.