Bisnis.com, JAKARTA—Bisnis e-commerce yang mulai menunjukkan pertumbuhan signifikan membuka peluang bagi pertumbuhan permintaan ruang perkantoran Jakarta, menolong pemulihan tingkat okupansi perkantoran.
Head Of Research Jones Lang LaSalle (JLL) James Taylor mengungkapkan, bisnis e-commerce tengah berkembang di Indonesia. Beberapa kuartal mendatang, pasar perkantoran berpeluang memperoleh pertambahan permintaan dari perusahaan e-commerce internasional. Pertumbuhan sektor logistik juga diharapkan akan meningkatkan permintaan ruang perkantoran.
“Salah satu pendorong permintaan bagi pasar perkantoran nantinya adalah e-commerce. Sudah ada satu e-commerce besar dari China yang masuk ke kantor di CBD. Kita berharap ada pertambahan permitaan dari e-commerce dan aktivitas logistik,” katanya, Rabu (6/4/2016).
Meski begitu, perkembangan bisnis e-commerce di tanah air sejauh ini masih terkendala sejumlah faktor terkait infrastruktur, metode pembayaran dan regulasi.
Pasar perkantoran saat ini relatif tertekan akibat tingginya pasokan ruang perkantoran baru sepanjang tahun lalu, padahal permintaan sangat tertekan akibat lesunya perekonomian global dan nasional.
Rata-rata permintaan ruang perkantoran sejak 2005 adalah sekitar 200.000 m2/ tahun. Tingkat permintaan di kuartal pertama tahun ini sejatinya sudah lebih baik, bahkan setara dengan permintaan selama setahun di 2014 dan 2015, yakni sekitar 44.000 m2.
Akan tetapi, di tengah pasokan ruang perkantoran sepanjang tahun lalu yang sudah mencapai rekor baru, tingginya permintaan tersebut tidak berpengaruh signifikan bagi keterisian ruang perkantoran.
Pasokan baru 2015 mencapai lebih dari 250.000 m2, sementara penyerapannya di bawah 50.000 m2. Tahun ini, suplai baru pun sudah hampir mencapai 250.000 m2, sehingga menciptakan ruang kosong yang begitu luas.
Di sisi lain, sejumlah proyek dijadwalkan akan segera rampung beberapa kuartal mendatang sehingga semakin melanjutkan tren tekanan terhadap pasar perkantoran. Tingkat kekosongan pun kian tinggi.