Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan batu bara di China diperkirakan kembali jatuh akibat penurunan output industri negara konsumen terbesar untuk komoditas tersebut.
Wakil Sekjen China Coal Industry Association Xu Liang mengatakan permintaan batubara akan turun 2% pada tahun ini dan harga akan bertahan pada level rendah. Output produksi juga akan turun 2%.
Konsumsi melemah di tengah dorongan untuk menggunakan bahan bakar yang lebih bersih dan perubahan struktur ekonomi yang masih melambat dari heavy industry.
Berdasarkan data National Bureau of Statistic, kebutuhan batu bara menyumbang 64% dari total penggunaan energi di China pada tahun lalu, turun 3,7% menyusul penurunan yang juga terjadi pada 2014 sebesar 2,9% secara year on year.
“Tahun ini, situasi batu bara sama suramnya,” kata Xu dikutip Xinhua News Agency, Sabtu (26/3/2016).
Penurunan permintaan batu bara China membuat harga komoditas tersebut di Asia mencapai level terendah sejak 2006, membuat perusahaan pertambangan dan pemerintah China mempertimbangkan pemotongan kapasitas yang mengancam pekerjaan 1,3 juta penambang batubara.
Xu mengatakan dengan penurunan kapasitas dalam 2--3 tahun ke depan, produksi bisa turun menjadi sekitar 3,5 miliar – 3,6 miliar ton, untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan. Adapun China ingin menghilangkan sebanyak 500 juta metrik ton kapasitas batubara pada 2020, hampir 9% dari total kapasitas terpasang.
Pada tahun lalu, produksi batu bara China telah turun menjadi 3,75 miliar metrik ton, sedangkan konsumsi turun menjadi 3,965 miliar ton, keduanya turun dari rekor tertingginya pada 2013. Penggunaan bahan bakar untuk pembangkit listrik turun 6,2%, sementara permintaan dari industri di antaranya baja, semen, dan pembuatan kaca juga merosot.