Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agus Marto: Minat Asing di Portofolio Naik, Dana Masuk Capai Rp46 T

Bank Indonesia melaporkan dana asing yang masuk ke Indonesia telah mencapai Rp46 triliun dari 1 Januari 2016 sampai 17 Maret 2016. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp2 triliun dari periode yang sama tahun lalu.
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia melaporkan dana asing yang masuk ke Indonesia telah mencapai Rp46 triliun dari 1 Januari 2016 sampai 17 Maret 2016. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp2 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan kenaikan minat investor asing di portofolio untuk menanamkan modalnya itu menunjukkan optimisme dunia terhadap Indonesia.

Aksi bank sentral negara-negara di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat yang cenderung tidak menaikkan suku bunganya membawa dampak positif bagi negara berkembang. The Fed memilih menahan suku bunga acuannya di 0,5% pada kuartal I/2016 dan Jepang masih pada kebijakan suku bunga negatif.

"Bank sentral lain itu tidak terlalu berkeinginan menaikkan suku bunga, jadi itu membawa kondisi untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia," ucapnya, Jumat (18/3/2016).

Sebelumnya, pada Kamis (17/3) BI menetapkan suku bunga acuan berada di level 6,75% atau turun 25 basis poin dari bulan lalu. Dengan begitu, suku bunga acuan BI sudah turun tiga kali berturut-turut sejak awal tahun.

Agus menuturkan pemangkasan BI rate ini juga memberikan rasa kepercayaan tinggi bagi Indonesia untuk mencapai target PDB sehingga menjadi keyakinan asing terhadap fundamental ekonomi dalam negeri.

BI masih yakin PDB tumbuh 5,2%-5,6% pada tahun ini. Sementara, pada kuartal I/2016, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,1% dan kuartal II/2016 pada level 5,2%-5,3%. "Kondisi ekonomi dunia masih dalam kondisi yang belum menggembirakan, kita di Indonesia kondisinya jauh lebih membaik," katanya.

Ekonom Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Tony Prasentiantono mengatakan derasnya arus dana asing itu merupakan kombinasi dari kondisi eksternal yang tidak kondusif dan kepercayaan asing terhadap kondisi perekonomian domestik.

Dia menilai hot money itu tetap perlu diwaspadai agar bertahan di dalam negeri dengan menjaga variabel makroekonomi selalu dalam kondisi yang kondusif seperti inflasi, iklim usaha, implementasi deregulasi dan sebagainya. "Iklim usaha menunggu implementasi di lapangan berbagai kebijakan deregulasi. Ini yang harus dikawal agar benar-benar efektif," ujarnya.

Eric Alexander Sugandi, Senior Economic Analyst Kenta Institute, menuturkan persepsi pelaku pasar finansial dan investor portofolio global terhadap Indonesia membaik seiring dengan data-data fundamental ekonomi Indonesia yang juga cenderung mengalami perbaikan, misalnya defisit transaksi berjalan yang terkendali dan PDB yang tumbuh pada kuartal IV/2015.

PDB kuartal IV/2015 melesat ke level 5,04% atau kuartalan tertinggi sepanjang tahun lalu. Sepanjang 2015, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,79% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,02%.

Lebih lanjut, dia menjelaskan sumber yang berisiko menggoyang capital inflow seperti China yang pemulihan ekonominya tidak mulus dan harga minyak dunia yang semakin anjlok sehingga menganggu pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

"Saya lihat ada beberapa sumber risiko seperti kalau China hardlanding sehingga investor portofolio global panik dan menarik dana dari emerging markets," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Veronika Yasinta

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper