Bisnis.com, JAKARTA – Impor bahan bakar etanol Amerika Serikat sepanjang 2015 tembus 92 juta galon atau naik terkerek 26% dibanding total impor pada 2014 yang hanya sebanyak 73 juta galon.
Badan Administrasi dan Informasi Energi AS (US. Energy Information Administration/EIA) menyebutkan permintaan etanol AS didorong lebih tinggi pada tahun lalu karena peningkatan konsumsi bensin, yang naik sekitar 2,7% dari 2014 dan mencapai level tertinggi sejak rekor pada 2007.
Selain itu, permintaan impor AS untuk etanol terutama didorong oleh Renewable Fuel Standard (RFS) dan California Low Carbon Fuel Standard (LCFS) serta penggunaan biofuel dengan emisi (GRK) gas rumah kaca yang rendah.
“California LCFS mengamanatkan persyaratan progresif yang lebih ketat untuk meningkatkan pencampuran komponen bahan bakar gas rumah kaca rendah dari waktu ke waktu,” tulis EIA dikutip Bisnis.com Jumat (11/3/2016).
Meskipun demikian, EIA menyebutkan negara itu tetap menjadi net eksportir untuk produk etanol selama enam tahun berturut-turut. Ekspor etanol AS pada tahun lalu mencatatkan angka tertinggi setelah mencatatkan ekspor tertinggi produk itu pada 2011. Pasalnya, sepanjang 2015, ekspor etanol AS menembus 844 juta galon atau sedikit meningkat dari 2014. Padahal, pada 2011 lalu, ekspor etanol AS menembus 1,2 miliar galon.
EIA menyebutkan Kanada tetap menjadi tujuan ekspor etanol AS pada tahun lalu dengan jumlah 249 juta galon atau 30% dari seluruh ekspor etanol AS. Meskipun demikian, Brazil dan Filipina adanal pemasok terbanyak etanol AS pada tahun lalu dengan jumlah masing-masing 116 juta galon dan 72 juta galon.
Didorong permintaan bensin (gasoline) yang meningkat dan kekhawatiran soal kualitas udara, China melakukan peningkatan impor Etanol dari AS yang meningkat 3 juta galon menjadi 70 juta galon pada tahun lalu.
EIA juga mencatat jika Departemen Pertanian AS memperkirakan produksi jagung AS mencapai 13,6 miliar gantang pada periode Oktober 2014 hingga November 2015, atau 4% lebih rendah dari periode sebelumnya. Namun, produksi etanol AS pada 2015 menembus 14,8 miliar galon atau naik 3,5% dari produksi sepanjang 2014 yang mencatatkan 14,3 miliar galon.