Bisnis.com, BANDUNG—Kalangan petani menilai pencetakan sawah baru sudah mendesak dipercepat karena lahan persawahan terus terkikis setiap tahunnya dipicu alih fungsi lahan menjadi perumahan atau pabrik.
Ketua Forum Gabungan Kelompok Petani Kota Tasikmalaya Yuyun Suyud mengatakan alih fungsi lahan persawahan cukup pesat sejak tiga tahun terakhir, dari 6.000 hektare (ha) saat ini menyusut menjadi 5.900 ha.
"Dalam kurun tiga tahun terjadi alih fungsi lahan sekitar 100 ha yang mayoritas dipergunakan untuk perumahan," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/3/2016).
Dia menjelaskan, alih fungsi lahan yang parah sebagian besar terjadi di sekitar irigasi teknis. Padahal, keberadaan area persawahan di wilayah tersebut merupakan paling produktif.
Yuyun menilai selama ini pemerintah kurang memperhatikan kondisi di lapangan terkait peruntukan alih fungsi lahan. Pemerintah hanya mengetahui dari usulan-usulan pengusaha yang ingin mendirikan perumahan di tanah yang mereka miliki.
"Semestinya sebelum diizinkan untuk alih fungsi lahan, pemerintah memeriksa dulu ke lapangan agar sawah produktif tidak diizinkan beralih fungsi," ujarnya.
Kendati demikian, pihaknya memahami apabila alih fungsi lahan untuk perumahan memang diperlukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi, sebaiknya dipilih lahan persawahan yang benar-benar sudah tidak produktif.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengganti area persawahan yang sudah beralih fungsi dengan mencetak sawah baru, terutama di lokasi sekitar saluran irigasi teknis.
"Kalau pemerintah tidak bisa mencetak sawah baru, minimal lahan yang sudah ada dilindungi atau membuat program intensifikasi besar-besaran agar produktivitas sawah yang ada bisa ditingkatkan."
Menurutnya, lahan sawah secara tradisional hanya mampu menghasilkan 5--7 ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan jika menggunakan pola tanam tertentu mampu menghasilkan antara 12-14 ton GKG per ha.
"Kami pun mendengar pemerintah mau mencetak sawah baru, tapi itu baru sebatas wacana," ujarnya.