Bisnis.com, OGAN KOMERING ILIR - Pemerintah mengejar target menjadi produsen pulp dan tisu nomor enam terbesar di dunia seiring kehadiran pabrik baru di Sumatra Selatan yang berkapasitas dua juta ton per tahun.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, saat ini posisi Indonesia masih di peringkat kesembilan di dunia.
"Industri pulp kita nomor sembilan di dunia, kami inginnya jadi nomor enam terbesar di dunia, " katanya di sela sela kunjungan Kementerian Perindustrian di pabrik OKI Pulp and Paper Mills di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Selasa (1/3/2016).
Untuk lingkup Asia, Indonesia mengincar nomor tiga setelah China dan Jepang yang mana saat ini masih di posisi keenam.
Menurut Saleh, kehadiran industri baru yang bisa menambah produksi pulp nasional itu, bisa mendongkrak posisi Indonesia menjadi nomor satu tingkat Asia.
Apalagi, Indonesia memiliki sejumlah keuntungan dibanding dua produsen pesaing di Benua Asia.
Dia mengemukakan, Indonesia memiliki hutan yang lebih luas ketimbang Jepang sehingga kepastian bahan baku lebih terjamin.
"Jepang tidak punya hutan seluas kita, masak kita kalah," katanya.
Oleh karena itu, dia melanjutkan, pihaknya mendukung industri pulp yang terintegrasi dengan hutan tanaman industri (HTI) karena potensi lokasinya ada di Tanah Air.
Saat ini, Kemenperin mencatat terdapat 81 industri pulp yang memproduksi 8 juta ton pulp per tahun dan 13 juta ton kertas per tahun.
Salah satu industri pulp dengan produksi besar, misalnya Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan PT Indah Kiat di Provinsi Riau.
Sementara itu, Direktur OKI Pulp and Paper Mills Suhendra Wiriadinata menambahkan pihaknya optimistis bisa mendukung Indonesia jadi produsen pulp terbesar di Asia dan diperhitungkan dunia.
"Industri pulp di China tidak sebesar industri kertasnya, apalagi mereka iklimnya subtropis sehingga tanamnya lebih lama," ujarnya.
Dia mengatakan, HTI di Indonesia bisa memproduksi bahan baku selama 5-6 tahun, sementara China bisa sampai 10 tahun.