Bisnis.com, SURABAYA - Realestat Indonesia Jawa Timur memperkirakan mulai tahun ini sampai 2020 pasar properti vertikal seperti apartemen akan terus meningkat.
Wakil Ketua REI Jawa Timur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Herry Djauhari mengatakan kondisi itu sejalan dengan perkembangan bangunan-bangunan vertikal yang sudah laku. Adapun yang masih dalam persiapan dan proses perizinan sekitar 15 lokasi baru.
“Hunian vertikal paling besar pasarnya di Surabaya dan Malang,” ucapnya di sela diskusi bertajuk Berburu Hoki Bisnis Properti yang digelar Bisnis Indonesia, di Surabaya, Senin (29/2/2016).
Khusus pada 2014 – 2015 terdapat pembangunan properti vertikal di 20 lokasi. Adapun penjualannya rerata berada di atas 70%. Terjadi sedikit penurunan penjualan pada pertengahan 2014 sampai tengah medio tahun lalu, tetapi kembali membaik pada akhir 2015.
Herry menyebutkan ada tiga hal yang diperkirakan melatarbelakangi pelemahan sepanjang tengah tahun 2014 – medio 2015. Penyebabnya ialah pembeli lebih dari 80% adalah investor serta sikap menunggu saat yang tepat alias menunggu perekonomian stabil. “Penyebab lain secondary market mulai ramai,” tutur dia.
Kendati apartemen dinilai terus potensial sampai empat tahun mendatang, tetapi bentuk properti vertikal lain masih terkenala yakni rumah susun. Pekerjaan rumah yang harus dicermati, yakni UU No 20/2011 tentang rumah susun.
Regulasi ini belu mengakomodir seluruh aturan yang dibutuhkan untuk rumah susun. Adapun yang dibutuhkan seperti sertifikat pertelaan dan aturan main untuk penyelesaian masalah sampai dengan tingkat daerah.