Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan pada semester I/2016 berpeluang bertahan di kisaran US$5 miliar-US$6 miliar.
Seperti diketahui defisit neraca transaksi berjalan melebar ke 2,39% terhadap PDB di kuartal IV/2015, dan neraca pembayaran dilaporkan surplus US$5 miliar.
“Masih dengan alasan yang sama. Di 2016, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan naik ke 2,4% terhadap PDB,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (15/2/2016).
Dikemukakan neraca pembayaran yang di dua kuartal sebelumnya defisit berhasil kembali surplus, setelah surplus neraca finansial naik tajam.
Kenaikan surplus neraca finansial tersebut terutama didorong aliran dana masuk ke investasi portofolio. Pada periode yang sama aliran dana asing terlihat meningkat pada instrumen Surat Utang Negara serta peningkatan ULN oleh pemerintah.
“Itu mengakibatkan rasio ULN terhadap PDB yang lebih tinggi. Surplus neraca finansial berpeluang meningkat pada semester I/2016 melihat sentimen positif terhadap aset berdenominasi rupiah, seiring dengan membaiknya prospek pertumbuhan serta turunnya peluang kenaikan FFR (fed Fund Rate) target yang agresif,” kata Rangga.
Sentimen positif yang dihasilkan oleh membaiknya prospek pertumbuhan, ujarnya, sepertinya melebihi kekhawatiran pelebaran defisit transaksi berjalan ditunjukkan oleh performa rupiah, IHSG dan SUN semenjak awal tahun yang lebih baik relatif terhadap negara berkembang lainnya.
Hal ini, Tambahnya, bisa semakin meningkatkan kepercayaan diri Bank Indonesia. Sekaligus peluang pemangkasan BI Rate pada rapat dewan gubernur mendatang.
“Kami masih perkirakan BI Rate ke 6,75% pada 2016, serta proyeksi rupiah yang 13.000 juga masih dipertahankan,” kata Rangga.