Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Airnav Anggarkan Rp2 Triliun Remajakan Peralatan Navigasi

Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggaran Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia pada tahun ini mengalokasikan Rp2 triliun untuk peremajaan peralatan navigasi penerbangan di sejumlah bandara.
AirNav Indonesia./JIBI
AirNav Indonesia./JIBI

Bisnis.com, BANDUNG - Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggaran Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia pada tahun ini mengalokasikan Rp2 triliun untuk peremajaan peralatan navigasi penerbangan di sejumlah bandara.

Wisnu Darjono, Direktur Operasi Airnav Indonesia, mengatakan saat ini sudah 80% bandara di Indonesia telah dilakukan peremajaan peralatan agar mengikuti standar penerbangan internasional.

"Tapi, ada penambahan bandara baru seperti di Kertajati dan beberapa lagi bandara yang akan dibangun, sehingga jumlah yang harus ditangani akan terus bertambah," katanya seusai peresmian tower baru di Bandara Husein Sastranegara Bandung, Rabu (10/2/2016).

Dia menjelaskan, selama ini pihaknya harus menggunakan skala prioritas untuk bandara yang memiliki traffic tinggi dan melayani penerbangan internasional, karena banyaknya tower bandara yang mesti ditangani.

Selanjutnya, Airnav menangani bandara kecil dengan intensitas penerbangan seminggu sekali, yang saat ini tengah dikembangkan pemerintah dengan memperpanjang landasan pacu serta peningkatan kemampuan alat navigasi.

Sebenarnya, peralatan navigasi penerbangan Indonesia sudah setara dengan sejumlah negara lain seperti Australia, Singapura, Thailand.

"Bahkan, peralatan kami di Makassar sudah lebih bagus dari Australia. Airnav juga terus meningkatkan teknologi navigasi seiring perkembangan industri kedirgantaraan yang berkembang pesat," tegasnya.

Disinggung mengenai pengambilalihan pelayanan pengaturan lalu lintas di sektor ABC atau Natuna yakni Kepulauan Riau yang masih ditangani oleh Singapura, dirinya memastikan akan segera diambil oleh AirNav paling lambat pada 2019.

Menurutnya, proses pengambilalihan operasional pelayanan di wilayah tersebut butuh waktu karena Airnav harus mempersiapkan fasilitas di dalam negeri. Selain itu, harus didukung diplomasi internasional dan itu bukan hanya kewenangan kami.

"Ini kepentingan negara dan bukan hanya Kementerian Perhubungan. Ada Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan. Ini juga menyangkut wilayah penerbangan internasional," ujarnya.

Pihaknya meminta para pengamat penerbangan untuk menahan diri memberikan komentar yang negatif mengenai peralatan navigasi nasional, karena akan menjadi alat bagi negara lain yang menganggap bahwa Indonesia tidak siap mengelola pelayanan penerbangan di sektor ABC.

Sementara itu, Komandan Lanud Husein Sastranegara Kolonel Pnb Ardhi Tjahjoko mengungkapkan tower di Bandara Husein Sastranegara sudah berusia hampir 98 tahun, yang digunakan untuk melayani pengaturan take off dan landing pesawat.

"Pembangunan tower baru dilaksanakan oleh TNI AU, sementara kelengkapan fasilitasnya merupakan investasi dari AirNav Indonesia," ujarnya.

Saat ini, Bandara Husein Sastranegara melayani 70 rute penerbangan domestik dan 14 rute penerbangan internasional.

Selain itu, masih ada permohonan slot dari maskapai penerbangan, tetapi mengingat kapasitas apron dan terminal serta kepentingan penerbangan militer sehingga belum bisa disetujui.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdi Ardia

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper