Bisnis.com, JAKARTA - Menyusul rencana pembangunan Kilang Bontang terkait percepatan pembangunan kilang, kementerian ESDM menyiapkan dua skema.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan terdapat dua skema pembangunan kilang yang mungkin digunakan.
Pertama, kilang saja. Kedua, kilang terintegrasi dengan petrokimia.
Pembahasan tentang pembangunan Kilang Bontang dilakukan menyusul diterbitkannya Peraturan Presiden No.146/2015 tentang Percepatan Pembangunan Kilang.
"Jadi ada dua skema, kilang saja dan kilang petrochemical," ujarnya dalam jumpa pers di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kedua skema pembangunan memiliki konsekuensi tersendiri.
Untuk skema pembangunan kilang saja, produksi gasoline diperkirakan sebesar 120.000 barel per hari.
Selain itu, memiliki internal rate of return (IRR) sebesar 7%.
Sedangkan, skema pembangunan kilang terintegrasi menghasilkan gasoline yang lebih kecil yaitu 60.000 bph.
Namun, dari segi IRR justru lebih besar yaitu 10%.
Dengan demikian, bila skema pembangunan terintegrasi yang dipilih, diperlukan kilang lain untuk mendukung kapasitas produksinya.
"Tentu jumlah gasoline rendah butuh kilang lagi. Arun jadi target berikutnya," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan lahan seluas 600 hektare telah disiapkan untuk pembangunan Kilang Bontang.
Kementerian Tata Ruang dan Agraria telah memberi jaminan agar pembangunan tak mengalami hambatan lahan.
"Sudah diberi jaminan Kementerian Agraria, biar tidak ada masalah," katanya.