Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumber Mutiara Bangun Pabrik Gula di Perbatasan Dumai

PT Sumber Mutiara Indah Perdana membangun pabrik gula terintegrasi dengan kebun tebu di daerah perbatasan antara Pulau Rupat dan Dumai, Riau, yang berkapasitas 6.000 Ton Cane per Day (TCD).
Pabrik Gula/Ilustrasi-Antara
Pabrik Gula/Ilustrasi-Antara

Bisnis.com, JAKARTA – PT Sumber Mutiara Indah Perdana membangun pabrik gula terintegrasi dengan kebun tebu di daerah perbatasan antara Pulau Rupat dan Dumai, Riau, yang berkapasitas 6.000 ton cane per day (TCD).

“Mesin kita sudah 100% masuk tapi sekarang yang untuk sipil agak telat kira-kira 30%. Kita usahakan bulan tujuh atau delapan sudah siap,” kata Harry Hartono, Direktur Utama PT Sumber Mutiara Indah Perdana (PT SMIP) usai pertemuannya dengan Menteri Perindustrian Saleh Husin, Jumat (29/1/2016).

Pabrik yang juga berbatasan dengan Negara Malaysia ini memiliki luas kebun mencapai 10.000 hektare dan 12.000 hektare menjadi bagian kelompok tani yang dinaungi PT Sumber Mutiara Indah Perdana (PT SMIP). Adapun pabriknya menggunakan lahan seluas 20.000 hektare.

Nantinya, pabrik ini akan menghasilkan tiga produk, yaitu gula mentah (raw sugar), gula kristal putih, dan gula kristal rafinasi. Jumlah produksi akan disesuaikan dengan permintaan, tapi khusus untuk gula rafinasi persentasenya hingga 40%-50%.

Rencananya, pabrik ini juga akan menjadi pendukung bagi industri makanan dan minuman di daerah sekitarnya. Untuk saat ini, pihak PT SMIP belum bisa mengkonfirmasi rasio perbandingan ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Namun, dia mengakui bahwa yang diharapkan pabriknya bisa fokus pada ekspor 100%.

Pembangunan pabrik gula PT SMIP ini menimbulkan kendala karena segala infrastruktur harus bisa dipenuhi secara mandiri. “Kita menghadapi [kendala]petani mengembangkan volume, menghadapi serangan luar negeri karena berbatasan langsung. Apalagi, wilayah itu nggak pernah menanam tebu dan nggak ngerti pabrik gula. Jadi memang kerjanya agak keras sedikit,” ujarnya.

Saat ini PT SMIP menjual produk gula dengan kualitas International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis (ICUMSA) di level 45 untuk dikonsumsi secara umum di pasar luar negeri, meski produk tersebut termasuk ke dalam gula rafinasi di Indonesia.

“Dari segi gula kristal putih kebanyakan problem-nya adalah kita pakai sistem sulfitasi (pemurnian gula). Sehingga ada unsur sulfur di dalam sana yang mengakibatkan kualitas plantation white sugar menurun kalau kita simpan dengan waktu lama sehingga warnanya makin jelek,” katanya.

Merespons kedatangan pihak PT SMIP, Kementerian Perindustrian yang juga diwakilkan oleh Direktur Jenderal Industri Agro Panggah Susanto mengatakan pemerintah masih mengharapkan pabrik ini bisa mensuplai kebutuhan dalam negeri khususnya bagi gula rafinasi kualitas di bawah ICUMSA 45.

Dia mengatakan kebutuhan industri nasional akan gula saat ini mencapai 3 juta ton per tahun dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman 5%. Sedangkan untuk konsumsi umum relatif stabil yaitu 2,5 juta ton.

“Cara kerja kita harus diubah. Karena industri menuntut kontinuitas, kualitas, dan harga. Kalau tiga hal ini tidak bisa dipenuhi industri agro, produk kita tidak akan bersaing,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper