Bisnis.com, JAKARTA - PT Hutama Karya mengungkapkan percepatan pembangunan tol trans-Sumatra oleh perseroan saat ini merupakan upaya untuk merealisasikan target menjadikan Pulau Sumatra sebagai penopang 50% perekonomian nasional.
Direktur PT Hutama Karya Putut Ariwibowo mengatakan secara jangka panjang atau sekitar 2025 hingga 2030, Sumatra direncanakan mampu menopang 50% perekonomian Indonesia. Pengembangan jalan tol yang sedang dibangun HK saat ini akan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi kawasan.
Selain itu, Hutama Karya melalui anak usahanya, yakni PT HK Realtindo pun saat ini serius mengupayakan pengembangan kawasan industri terpadu di beberapa wilayah strategis yang dilalui tol trans Sumatra.
“Karena kan harapan pemerintah Sumatra ini jadi penopang ekonomi Indonesia. Di 2025 nanti sampai 2030, Sumatra itu akan menyokong hampir 50% PDB Indonesia,” katanya, Jumat (22/1/2016).
Pengembangan kawasan oleh anak usaha HK tersebut akan turut mendukung traffik di ruas-ruas awal yang tengah dibangun HK. Pengembangan kawasan menurutnya akan tetap memperhatikan penetapan pemerintah terkait rencana pengembangan kawasan.
Harapannya, dengan pengembangan kawasan tersebut dan pertumbuhan trafik trans Sumatra, investor swasta akan berniat untuk berinvestasi mengembangkan ruas-ruas selanjutnya dari tol trans-Sumatra.
Putut mengatakan saat ini daerah yang dinilai cukup siap untuk pengembangan kawasan adalah Provinsi Sumatra Selatan. Pemerintah daerahnya pun cukup tanggap dalam urusan pengembangan kawasan.
“Sumatra Utara mulai tanggap, tapi yang paling mengagumkan itu Sumsel, sudah sangat siap untuk menerima impact dari trans-Sumatra di daerah,” katanya.
Untuk tahun ini, HK merencanakan belanja modal untuk trans-Sumatra sebesar Rp15 triliun, dengan estimasi Rp12 triliun dari PMN APBN-P 2016 dan Rp3 triliun dari pinjaman.
Meski begitu, menurutnya angka tersebut masih belum pasti dan berpeluang berubah seturut hasil kajian perencanaan pengalokasian PMN per tahun.
Sementara itu, HK Realtindo tahun ini menganggarkan belanja modal Rp1,2 triliun. Selain untuk pengembangan kawasan di beberapa kota besar Sumatra, modal perseroan juga digunakan untuk mengembangkan belasan proyek di Jabodetabek dan Pulau Jawa secara umum.