Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan minyak asal Arab, Saudi Aramco, memprediksi harga minyak akan kembali naik pada akhir 2016.
Chairman Saudi Aramco Khalid Al-Fatih mengatakan harga minyak yang menyentuh angka di bawah US$30 per barel sangatlah irasional. Namun, pihaknya tetap berharap pasar akan membaik di tahun ini kendati tak membatasi produksi.
Bahkan, dalam kesempatan World Economic Forum di Davos, Swiss, Falih memprediksi harga rendah minyak ini tak akan bertahan lama. Kendati harus menghadapi kesulitan keuangan sebagai dampaknya, di akhir tahun ini akan menjadi momen saat harga minyak kembali naik.
"Pasar tengah berada di sisi terbawah dan tak bisa dipungkiri bila hal ini akan membaik," ujarnya seperti dikutip dari CNBC, Jumat (22/1/2016).
Lebih lanjut, dia menyebut Arab sebagai negara eksportir minyak terbesar tak akan mengurangi pasokannya. Padahal, lima tahun belakangan minyak dari Amerika Serikat berkontribusi terhadap kelebihan pasokan yang menyebabkan jatuhnya harga minyak.
Belum lagi, Iran kembali masuk sebagai negara pengekspor minyak setelah sanksi terhadap program nuklirnya dicabut. Saat banyak perusahaan terancam bangkrut bila harga rendah ini bertahan, dia menganggap akan tetap bertahan.
"Bila harganya tetap rendah, kami bisa bertahan untuk waktu yang lama," katanya.