Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) meminta industri hulu baja domestik meningkatkan efisiensi dan memperbaharui teknologi sehingga dapat bersaing dengan produsen China.
Ario Setiantoro, Ketua Klaster Paku dan Kawat Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), mengatakan kelebihan produksi baja di China semakin meningkatkan persaingan pasar baja dunia.
“Produk China akan terus masuk jika produsen hulu domestik tidak memperbaiki kualitas barang, efisiensi dan meningkatkan teknologi produksi. Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah melalui safeguard hanya bersifat sementara,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (20/1/2016).
Satu solusi yang dapat dilakukan pemerintah guna melindungi produsen baja dalam negeri, lanjutnya, menerapkan sistem kuota, di mana seluruh produk dalam negeri lebih dahulu diserap dan kekurangan baja diberlakukan kuota impor.
Apalagi, lanjutnya, perbandingan produksi domestik dan kebutuhan baja dalam negeri selama ini defisit. Oleh karena itu, kekurangan baja dapat diimpor dengan ketentuan kuota.
South East Asia Iron & Steel Institute, asosiasi besi dan baja Asean menyatakan sembilan bulan pertama 2015 ekspor baja China ke ASEAN telah setara dengan total ekspor baja sepanjang 2014, yakni mencapai 23,6 juta ton.
Angka ini menjadi lonjakan ekspor yang sangat besar dengan pertumbuhan 48% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Akibat lonjakan ekspor baja China ini, banyak perusahaan baja di Asean memangkas produksi.
Hal ini terlihat dari total produksi hot rolled Asean yang turun 6,3% pada semester I/2015 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.