Bisnis.com, PADANG - Investasi asing yang masuk ke Sumatra Barat sepanjang tahun lalu mencapai US$ 70 juta atau tumbuh hampir tiga kali lipat dari realisasi tahun sebelumnya yang hanya US$29 juta.
Ollyandes, Kabid Perencanaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Sumbar menyebutkan realisasi investasi itu jauh dari perkiraan.
Menurutnya, peningkatan itu disebabkan upaya investor mengambil momentum pelemahan ekonomi dan rendahnya harga komoditas untuk menanamkan investasi.
“Paling besar masih di sektor perkebunan sawit dan peternakan. Tampaknya ini [peningkatan investasi] upaya investor memanfaatkan momentum pelemahan harga komoditas untuk investasi,” katanya kepada Bisnis, Jumat (15/1/2016).
Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp2,78 triliun atau tumbuh mencapai 126% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp1,23 triliun.
Dia mengatakan investasi di daerah itu umumnya masih di sektor agro industri, perkebunan, pertanian dan peternakan. Selain itu, juga di bidang pertambangan energi terbarukan dan kelistrikan, pariwisata, dan industri pengolahan.
Sebagian besar investasi itu, imbuh Ollyandes, merupakan pengembangan usaha dari sejumlah perusahaan yang beroperasi di daerah itu.
Adapun, data izin prinsip yang dihimpun bidang pelayanan dan pengendalian BKPM setempat mencatatkan rencana penanaman modal asing (PMA) hanya Rp1,72 triliun dengan serapan tenaga kerja 3.833 orang. Sedangkan PMDN mencapai Rp4,89 triliun dengan serapan tenaga kerja 8.959 orang.
Untuk tahun ini, pemda setempat menargetkan investasi sebesar Rp850 miliar untuk PMDN dan US$ 26 juta untuk bagi investasi asing.
Kasubid Koordinasi dan Kerjasama Investasi BKPM Sumbar M Ridwan Afif mengungkapkan Pemprov Sumbar menawarkan empat sektor prioritas untuk investasi tahun ini.
Sektor tersebut adalah energi panas bumi (geothermal) yang potensinya mencapai 1.600 Mw dari 17 potensi titik panas bumi yang ada di daerah itu. Lalu, sektor pariwisata, infrastruktur, dan agrobisnis.
“Yang diprioritaskan adalah geothermal, karena juga mendukung program pengadaan energi listrik 35.000 Mw, juga di pariwisata, infrastruktur dan agrobisnis,” katanya.
Dia mengatakan pemerintah setempat tengah menjajaki kemungkinan kerjasama dengan sejumlah investor untuk menggarap potensi investasi di daerah itu. Di antaranya dengan Turki, China, Rusia, Amerika Serikat, dan Belarusia.