Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan insinyur memastikan siap menggarap proyek-proyek industri maritim, termasuk dalam program pembangunan 3.325 kapal penangkap ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak mengatakan anggotanya, terutama yang tergabung dalam bidang rekayasa perkapalan, cukup mumpuni menjadi tulang punggung konstruksi kapal-kapal nasional.
“Intinya kami menyiapkan diri untuk memaksimalkan potensi maupun produksi,” katanya di sela-sela Musyawarah Nasional Asosiasi Petani dan Pengolah Hasil Hortikultura (Asppehorti) di Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Hermanto mengatakan industri maritim akan prospektif dalam beberapa tahun mendatang. Apalagi, pemerintah telah bertekad menjadikan laut sebagai basis pembangunan dan ekonomi baru sehingga membutuhkan banyak proyek-proyek infrastuktur.
Menurut dia, kampus-kampus juga menyediakan rumpun keilmuan teknik berbasis maritim sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
“Di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ada Teknik Perkapalan. Di Institut Teknologi Bandung (ITB) ada Teknik Kelautan. Ini akan menjadi sumber-sumber tenaga untuk mendukung itu tadi.”
Kendati demikian, Hermanto mengakui berlakunya era Masyarakat Ekonomi Asean berpotensi membuat insinyur Indonesia hijrah ke negara tetangga, begitupun sebaliknya. PII, kata dia, tengah mendorong pembinaan insinyur di bidang maritim—sebagai bagian dari 700.000 lebih sarjana teknik—dengan dua cara.
Pertama, pembuatan regulasi yang menjamin adanya apresiasi terhadap para insinyur. Kedua, mendorong minat generasi muda untuk memilih bidang studi keteknikan ketika masuk perguruan tinggi.
“Di perkapalan, dengan proyek yang besar dan adanya apresiasi maka akan banyak anak muda yang tertarik,” kata insinyur teknik sipil ITB ini.
Pemerintah memang menggenjot industri berbasis maritim guna menggarap potensi sumber daya perairan Indonesia. Kementerian Kelauatan dan Perikanan, misalnya, akan membelanjakan Rp2,5 triliun untuk membangun 3.325 kapal tangkap ikan beragam ukuran, lengkap dengan alat tangkapnya.
Rinciannya, kapal berukuran di bawah 5 tonase kotor (GT) sebanyak 1.020 unit, kapal 5GT sebesar 1.020 unit, kapal berbobot 10 GT sebanyak 1.000 unit, kapal 20 GT sejumlah 250 unit. Selain itu akan dibangun pula 35 unit kapal berukuran 30 GT.
Pembangunan kapal-kapal tersebut akan melibatkan 200 galangan kapal di Batam, Jakarta, dan Surabaya. Seluruh galangan akan dikoordinasikan oleh perusahaan pelat merah, PT PAL Indonesia (Persero).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin pernah mengatakan investasi di subsektor perikanan berpotensi mengatrol beberapa sektor lainnya. Pembangunan kapal, misalnya, akan berdampak ke sektor industri pengolahan-manufaktur.
“Program-program itu bisa menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah. Jadi tidak hanya sektor perikanan saja yang berdampak,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memprediksi kontribusi investasi di KKP dapat mendorong pertumbuhan ekonomi agregat sebesar 12% pada tahun ini.