Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia mulai mengembangkan penelitian sel punca atau stem cell lewat laboratorium Stem Cell and Cancer Institute milik PT Kalbe Farma. Langkah ini diharapkan meningkatkan daya persaingan industri farmasi di pasar global.
Sel punca terbagi menjadi dua jenis, yaitu alogenic stem cell yang diambil dari orang normal untuk pasien lain, dan autologous stem cell yang berasal dari diri pasien untuk diberikan pada pasien itu kembali.
Kedua jenis ini perlu dikembangbiakkan agar bisa berjumlah banyak maka dalam proses ini dibutuhkan laboratorium dan kegiatan penelitian yang memadai.
"Saya ingin health and medicine jadi ujung tombak. Kami ingin mendorong kesehatan bisa maju pesat, maka kita pasti bantu," kata Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristekdikti), Mohamad Nasir, pada diskusi yang dilakukan di laboratoriumStem Cell and Cancer Institute(SCI) PT Kalbe Farma pada Rabu (5/1/2016).
Hingga saat ini, kebanyakan masyarakat Indonesia lebih memilih berobat ke China, India, Korsel, dan Jepang. Mohamad Nasir mendorong perusahaan farmasi melakukan biodiversity agar harga obat tidak mahal dan menerapkan SOP yang jelas.
Teknologi farmasi ini juga memerlukan tindakan uji praklinis dan uji klinis yang juga membutuhkan waktu lama dan biaya yang tinggi. Sampai uji klinisnya selesai, paling tidak kami butuh waktu sampai tahun 2022, itu kalau berhasil dan lancar semua. "Biayanya bisa sampai Rp30 miliar --Rp35 miliar," ujar Sandy Qlintang, Direktur SCI.
Boenjamin Setiawan, pendiri Kalbe Group, mengutarakan impiannya agar teknologi farmasi di Indonesia tidak kalah saing dengan global. Menurutnya, yang menjadi hambatan justru pada faktor internal, yaitu kurangnya kedisiplinan dokter dalam melakukan kontrol pada sel yang sedang diuji.
Tantangan bagi peneliti dari badan swasta biasanya berupa anggaran penelitian, penyediaan bahan penelitian, dan ketergantungan terhadap bahan baku yang masih impor. Maka, Ia berharap pemerintah menaikkan anggaran penelitian atau memberikan double tax deductionbagi industri yang melakukan penelitian.
Boenjamin yakin jika Indonesia berani mengembangkan teknologi farmasi ini, perusahaan farmasi dari luar negeri akan tertarik datang ke Indonesia.
Sebelumnya, Kalbe Farma sudah mendapatkan izin resmi dari Kementerian Kesehatan untuk proses laboratorium sehingga bisa mengkomersialkan produk stem cell yang akan dimulai tahun ini.