Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Hermanto Dardak mengaku tidak takut kalah bersaing dengan insinyur asing, atau pun kontraktor asing yang akan mengerjakan proyek infrastruktur di Wilayah Indonesia pada saat era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) diberlakukan sejak 1 Januari 2016.
Menurutnya, meski Indonesia kalah bersaing dalam hal teknologi serta jumlah sumber daya manusia (SDM), namun pihaknya tak gentar. Hal itu, karena SDM dan kontraktor asing tak bisa seenaknya membangun proyek Infrastruktur di Indonesia meskipun di era perdagangan bebas.
"Kontraktor asing yang bekerja di sini, harus bekerja sama dengan badan usaha, atau membentuk suatu usaha kerja sama. Hal itu ada UU-nya di aturan jasa konstruksi, seperti sekarang. Misalnya kita lihat pembangunan akses ke Tanjung Priok, atau katakanlah MRT yang dikerjakan asing, itu pasti ada kontraktor Indonesia. Yang kita dorong adalah terjadinya proses alih teknologi, nah itulah yang kita monitor," kata Hermanto beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, bagi Insinyur atau kontraktor yang ingin melakukan kegiatannya di Indonesia juga harus terdaftar dahulu, atau tidak bisa secara bebas begitu saja. Untuk Insinyur, harus melalui proses sertifikasi, atau ahli yang sudah sesuai dengan standar yang diterapkan di Indonesia
"Iya ini aturan lama, mereka yang berpraktik di sini, harus juga harus terdaftar. PII tentu akan mendorong produk nasional, dan tenaga ahli nasional adalah yang pertama. Juga, kita ada standarnya, yakni Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Lingkungan," ungkapnya.
Untuk menyaring insinyur asing yang masuk bekerja di Indonesia, pihaknya akan melakukan strategi agar insinyur dalam negeri juga tidak kalah bersaing.
"Intinya untuk insinyur asing, PII akan memberikan registrasi pada insinyur asing, untuk berpraktik di Indonesia, lalu kami catat. Ada screening, apakah kita perlukan atau tidak," tuturnya.
Selain itu, dia menjelaskan, semua pekerjaan yang dilakukan oleh pihak asing nanti harus sesuai dengan standar infrastruktur yang ramah lingkungan.
Insinyur Indonesia, kata dia, harus membangun profesionalisme bersama, agar dapat berdaya saing dengan SDM negara-negara lain pada saat MEA.