Bisnis.com, JAKARTA--Target penyelesaian pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit menjadi alumina milik PT Bintan Alumnia Indonesia diundur menjadi 2019.
Direktur Utama Bintan Alumina Indonesia Zulnahar Usman mengatakan awalnya smelter tersebut ditargetkan rampung pada 2017. Namun, kondisi pasar diprediksi tidak akan menguntungkan jika produksi dimulai pada tahun tersebut.
Menurutnya, mundurnya target semata-mata merupakan strategi perusahaan. Pasalnya, harga diperkirakan mulai naik pada 2019 saat kebutuhan akan alumina tinggi.
"Saya rasa tidak mungkin [2017] karena beberapa kondisi seperti harga komoditas dunia yang seperti itu. Kalau kita selesaikan di 2017, biaya akan tinggi dan itu sayang," katanya, Senin (21/12/2015).
Adapun untuk mendukung proyek yang menelan investasi hingga US$1,5 miliar tersebut, perusahaan saat ini sedang mengurus tax holiday. Dia berharap pemerintah bisa segera memberikan insentif tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap program hilirisasi mineral.
Dia mengungkapkan, pihaknya sudah tidak memusingkan lagi larangan ekspor mineral mentah, termasuk bauksit, yang dalam dua tahun terakhir menghantam pemasukan perusahaan. Menurutnya, pihaknya hanya ingin bekerja dengan cepat dan seefektif mungkin.
"Kita lupakan soal ekspor kalau ingin kita bekerja cepat. Kalau kita berkutat pada keinginan untuk mengekspor material bauksit, [pembangunan] bakal terhambat terus," tuturnya.
Nantinya, smelter alumina tersebut akan memiliki kapasitas 2,1 juta ton alumina per tahun. Adapun pembangunannya dibagi ke dalam tiga tahap, masing-masing berkapasitas 700.000 ton alumina per tahun.