Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia dinilai menarik untuk kegiatan manufaktur industri barang awet dalam jangka menengah dan jangka panjang. Kendati demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
The Boston Consulting Group (BCG) dalam risetnya menyebutkan daya tarik Indonesia terletak pada peningkatan pendapatan dan urbanisasi yang mengarah pada peningkatan konsumen berbasis seluler.
Konsultan manajemen global yang beroperasi di 46 negara itu memaparkan setidaknya tiga hal tentang barang awet yang perlu diperhatikan investor.
Pertama, produk barang awet adalah salah satu produk prioritas oleh konsumen Indonesia yang memiliki kecenderungan meningkat dalam melakukan pembelian barang tersebut secara kredit.
"Pembelian secara kredit 50% selama dua tahun terakhir," kata BCG dalam keterangan tertulis.
Kedua, pembeli pertama kali berperan penting. Sejalan dengan kualitas hidup di Indonesia yang meningkat, kelompok konsumen ini akan mewakili dua pertiga total volume penjualan barang awet pada 2017. Menurut BCG, pelaku industri sangat perlu memenangkan kelompok konsumen ini.
Ketiga, profesional muda dan wanita modern merepresentasikan 10% dari basis konsumen Indonesia. Selain dalam hal pembelian produk, mereka sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh anggota keluarga dan teman-teman.
"Untuk memaksimalkan peluang ini dan dalam kondisi ekonomi yang kurang menentu, perusahaan perlu pemahaman yang lebih dalam mengenai konsumen Indonesia dari berbagai segmen demografis, perihal preferensi terhadap merek, perilaku berbelanja, serta pengambilan keputusan dalam membeli."