Bisnis.com, JAKARTA—PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengembangkan pembangkit listrik terapung untuk memenuhi kebutuhan di sejumlah wilayah yang selama ini mengalami defisit.
Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, mengatakan pihaknya akan mengembangkan pembangkit listrik terapung di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Sumatra Utara. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah tersebut, karena masih mengalami defisit.
“Ini [pembangkit listrik terapung] untuk menjembatani sampai pembangkit yang kami sedang bangun selesai dalam dua atau tiga tahun mendatang,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/12).
Sofyan menuturkan pembangkit listrik terapung tersebut akan didatangkan dari Turki dengan skema sewa. PLN nantinya hanya akan menyewa mesin pembangkit, sedangkan bahan bakarnya tetap berasal dari dalam negeri.
Pemilihan perusahaan asal Turki sendiri didasarkan pada ketersediaan pembangkit listrik terapung. Pasalnya saat ini hanya perusahaan asal Turki dan Jepang yang memiliki teknologi untuk membangun pembangkit listrik terapung.
“Jepang hanya memiliki satu, dan itu pun harus menunggu, sedangkan Turki sanggup mengantarkan pembangkit listrik tersebut dalam tiga bulan, karena menggunakan teknologi yang digunakan saat perang di Timur Tengah,” ujarnya.
Dengan kapasitas pembangkit listrik terapung yang mencapai 240 megawatt, diharapkan tidak lagi terjadi pemadaman listrik bergilir di sejumlah wilayah yang ada di Indonesia. Masyarakat pun dapat langsung menikmati listrik yang dialirkan pembangkit tersebut, karena tinggal menyambungkannya dengan transmisi yang ada.
Sofyan juga mengklaim biaya yang diperlukan untuk menggunakan pembangkit listrik terapung itu lebih murah dibandingkan dengan pengoperasian pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Untuk menyewa setiap unit pembangkit listrik terapung, PLN hanya mengeluarkan biaya kurang dari US$1.000.
Atasi Defisit Listrik, PLN Gunakan Pembangkit Terapung
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengembangkan pembangkit listrik terapung untuk memenuhi kebutuhan di sejumlah wilayah yang selama ini mengalami defisit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Lili Sunardi
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
10 jam yang lalu
Di Balik Aksi Lo Kheng Hong Borong Puluhan Juta Saham PGAS
13 jam yang lalu
Tekanan Berganda Harga Batu Bara dari China
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
24 menit yang lalu
Industri Petrokimia Menanti Momentum Pemulihan Tekstil
6 jam yang lalu