Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Musibah AirAsia QZ8501 Terungkap: KNKT Sebut 5 Penyebab Jatuhnya AirAsia QZ8501

Kepala Investigasi AirAsia QZ8501 Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Margono, mengungkap ada lima faktor penyebab kecelakaan pesawat Airasia QZ8501 pada 28 Desember 2014.
Petugas membawa barang-barang yang diduga milik korban jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 di Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1). Petugas membawa di antaranya dua buah tas dan satu kantong plastik yang diambil dari KRI Banda Aceh./Bisnis-Dwi Prasetya
Petugas membawa barang-barang yang diduga milik korban jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 di Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1). Petugas membawa di antaranya dua buah tas dan satu kantong plastik yang diambil dari KRI Banda Aceh./Bisnis-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Paling tidak ada 5 faktor yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada 28 Desember 2014 di Pangkalan Bun.

Kepala Investigasi AirAsia QZ8501 Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Margono, mengungkap ada lima faktor penyebab kecelakaan pesawat Airasia QZ8501 pada 28 Desember 2014.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/12/2015), Margonon menyebutkan, faktor pertama penyebab kecelakaan adalah retakan solder pada electronic module di Rudder Travel Limiter Unit (RTLU).

"Ini menyebabkan hubungan yang berselang dan berakibat pada masalah yang berkelanjutan dan berulang," kata dia.

Kedua, sistem perawatan pesawat dan analisa di perusahaan yang belum optimal mengakibatkan tidak terselesaikannya masalah yang berulang.

Ketiga, awak pesawat melaksanakan prosedur sesuai electronic centralized aircraft monitoring (ECAM) pada tiga gangguan yang pertama.

"Setelah gangguan yang keempat, FDR mencatat indikasi yang berbeda, indikasi tersebut serupa dengan kondisi di mana circuit breaker diatur ulang, sehingga berakibat terjadinya pemutusan arus listrik flight augmentation computer (FAC)," katanya.

Keempat, terputusnya arus listrik FAC menyebabkan autopilot disengage, di mana flight control logic berubah dari normal law ke alternate law.

"Rudder bergerak dua derajat ke kiri. Kondisi ini mengakibatkan pesawat berguling atau roll mencapai sudut 54 derajat," katanya.

Kelima, pengendalian pesawat selanjutnya secara manual pada alternate law oleh awak pesawat menempatkan pesawat dalam kondisi upset dan stall secara berkepanjangan.

"Sehingga berada di luar batas-batas penerbangan (flight envelope) yang dapat dikendalikan oleh awak pesawat," kata Margono.

Pesawat tersebut terbang dengan ketinggian 32.000 kaki di atas permukaan laut dan mengangkut 162 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin dan 156 penumpang termasuk seorang teknisi.

Dalam pesawat tersebut, pimpinan penerbangan (captain pilot) bertindak sebagai pilot monitoring dan co-pilot bertindak sebagai pilot flying.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper