Bisnis.com, JAKARTA -- Paling tidak ada 5 faktor yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada 28 Desember 2014 di Pangkalan Bun.
Kepala Investigasi AirAsia QZ8501 Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Margono, mengungkap ada lima faktor penyebab kecelakaan pesawat Airasia QZ8501 pada 28 Desember 2014.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/12/2015), Margonon menyebutkan, faktor pertama penyebab kecelakaan adalah retakan solder pada electronic module di Rudder Travel Limiter Unit (RTLU).
"Ini menyebabkan hubungan yang berselang dan berakibat pada masalah yang berkelanjutan dan berulang," kata dia.
Kedua, sistem perawatan pesawat dan analisa di perusahaan yang belum optimal mengakibatkan tidak terselesaikannya masalah yang berulang.
Ketiga, awak pesawat melaksanakan prosedur sesuai electronic centralized aircraft monitoring (ECAM) pada tiga gangguan yang pertama.
"Setelah gangguan yang keempat, FDR mencatat indikasi yang berbeda, indikasi tersebut serupa dengan kondisi di mana circuit breaker diatur ulang, sehingga berakibat terjadinya pemutusan arus listrik flight augmentation computer (FAC)," katanya.
Keempat, terputusnya arus listrik FAC menyebabkan autopilot disengage, di mana flight control logic berubah dari normal law ke alternate law.
"Rudder bergerak dua derajat ke kiri. Kondisi ini mengakibatkan pesawat berguling atau roll mencapai sudut 54 derajat," katanya.
Kelima, pengendalian pesawat selanjutnya secara manual pada alternate law oleh awak pesawat menempatkan pesawat dalam kondisi upset dan stall secara berkepanjangan.
"Sehingga berada di luar batas-batas penerbangan (flight envelope) yang dapat dikendalikan oleh awak pesawat," kata Margono.
Pesawat tersebut terbang dengan ketinggian 32.000 kaki di atas permukaan laut dan mengangkut 162 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin dan 156 penumpang termasuk seorang teknisi.
Dalam pesawat tersebut, pimpinan penerbangan (captain pilot) bertindak sebagai pilot monitoring dan co-pilot bertindak sebagai pilot flying.