Bisnis.com, JAKARTA – Minimnya permintaan minyak bumi olahan dari China masih menghantui fluktuasi harga minyak bumi sepanjang 2016. Meskipun, margin bagi pelaku usaha kilang dinilai masih sehat.
Outlook soal Bisnis Kilang di Asia yang dikeluarkan oleh Moody Investor Service mengungkapkan Negeri Tirai Bambu merupakan importir terbesar untuk produk petrolium di kawasan Asia Pasifik. Pasalnya, total permintaan China mencapai 36% dari keseluruhan permintaan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Moody memperkirakan pertumbuhan permintaan produk olahan kilang pada tahun 2016 oleh China akan berkisar di level 3% hingga 4% atau sama dengan angka peningkatan pada 2014. Padahal, sepanjang 2011 hingga 2014 permintaan China atas produk olahan kilang berada di kisaran 4% hingga 6%.
Kendati demikian, India akan menjadi penyelamat dengan peningkatan permintaan produk olahan kilang yang diperkirakan sekitar 5% hingga 6% seiiring dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang diprediksi terdongkrak. Sayangnya, pertumbuhan permintaan produk olahan kilang India itu tidak akan sepenuhnya bisa mengimbangi perlambatan China.
Selain itu, Moody juga memperkirakan margin yang diperoleh oleh pelaku usaha kilang pada tahun depan akan lebih baik. Singapore Complex misalnya, margin diperkirakan secara rata-rata akan berada di kisaran US$7 hingga US$7,5 per barel. Sementara, pada tahun 2013 hingga 2014 hanya US$6 per barel.
Prediksi tersebut sejalan dengan adanya penguatan margin dalam performa Singapore Complex sepanjang 2015 yang diperkirakan secara rata-rata akan berada di kisaran US$7,5 hingga US$8 per barel.
Penguatan margin tersebut didorong dengan adanya peningkatan permintaan dari pembangunan persediaan produk yang mendorong kenaikan harga, padahal pasokan minyak mentah tengah berada di harga yang rendah.
Di sisi lain, meskipun adanya perlambatan permintaan produk olahan kilang dari China, tetapi para pelaku industri kilang menunjukkan adanya peningkatan kapasitas dan peningkatan volume ekspor melalui sejumlah produk.
Upaya ini memberikan tekanan yang berlebih terhadap adanya kelebihan pasokan di pasar Asia. Kilang di Korea Selatan misalnya yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari penjualan ekspor petroleum dan petrochemical di sepanjang Semester I/2015. Dimana sekitar 10% hingga 15% pendapatan penjualan para pemain kilang Korsel itu diperoleh dari penjualan ke China.
Meskipun demkian, rendahnya harga minyak mentah akan mengurangi biaya bahan baku bagi para pebisnis kilang. Selain itu, rendahnya harga tersebut juga akan memangkas kebutuhan modal kerja pada 2016.
“Dengan terpangkasnya modal kerja tersebut dan pendapatan yang lebih sehat akan mendongkrak cash flow dari operasi, dimana hal itu bisa digunakan untuk mengurangi pinjaman,” tulis laporan itu yang dikutip, Minggu (29/11/2015).