Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan riset dan konsultan properti global, Jones Lang Lasale (JLL) menilai kinerja sektor perhotelan di Jakarta akan terimbas oleh kebijakan bebas visa kunjungan. Namun, pertumbuhan ekonomi tetap menjadi faktor penentu kinerja di sektor ini.
Dalam laporan Asia Pasific Property Digest Q3 2015 disebutkan tingkat keterisian hotel di Jakarta mengalami penurunan seiring jumlah kunjungan warga negara asing yang juga merosot.
"Perlambatan ekonomi Indonesia akan berdampak pada kunjungan perusahaan [asing] dalam jangka pendek," ujar Frank Sorgiovanni, Head of Research Hotels & Hospitality Group JLL Asia Pasific.
Per Juli 2015, kunjungan warga negara asing ke Jakarta turun 5,1% secara tahunan menjadi 1,2 juta orang. Penurunan ini mencerminkan minat kunjungan bisnis ke Indonesia sedikit tergerus sebagai dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dan depresiasi rupiah.
JLL mencatat, tingkat keterisian hotel di Jakarta turun 2,6% menjadi 60,2%. Tingkat keterisian hotel ini hanya dihimpun dari hotel-hotel kelas atas. Kendati tingkat keterisian turun, tarif rata-rata harian mengalami kenaikan 2,4% secara tahunan menjadi US$178 atau Rp2,43 juta (kurs Rp13.700).
Secara umum, tahun depan JLL kinerja perhotelan kelas atas di Jakarta akan terus melambat sepanjang pertumbuhan ekonomi belum mengalami perbaikan.Namun kebijakan pemerintah membebaskan visa kunjungan bagi 45 negara dinilai akan mempermudah kunjungan warga negara asing.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Pariwisata hingga akhir tahun menargetkan pembebasan visa kunjungan bagi 45 negara lainnya sehingga total menjadi 90 negara di akhir 2015.