Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMPOR BERAS: Indonesia Dorong Tanda Tangan MoU dengan Pakistan

Pemerintah tengah mendorong untuk segera ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah Pakistan terkait dengan rencana Indonesia untuk mengimpor beras yang diperkirakan kurang lebih sebanyak 500.000 ton.
Beras/JIBI-Dedi Gunawan
Beras/JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, MANILA --  Pemerintah tengah mendorong untuk segera ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah Pakistan terkait dengan rencana Indonesia untuk mengimpor beras yang diperkirakan kurang lebih sebanyak 500.000 ton.

"Kita masih kejar MoU dengan Pakistan supaya ada payung G2G. Setelah itu, baru Perum Bulog bisa mengirim tim inspeksi dan melakukan verifikasi serta negosiasi," kata Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, di sela-sela Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Summit 2015, di Manila, Rabu (18/11/2015).

Thomas mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima dari Duta Besar Pakistan, negara tersebut diperkirakan mampu memasok beras sebanyak 500.000 ton. Namun, beras impor tersebut kemungkinan tidak bisa masuk ke Indonesia pada tahun ini dikarenakan waktu hingga akhir tahun sudah terbilang sempit.

"Terakhir saya berbicara dengan Dubes Pakistan mereka bisa atau berpotensi memasok sekitar 500 ribu ton. Namun, saya takutnya mungkin tidak keburu (bisa masuk ke Indonesia) pada 2015, jadi mungkin akan masuk di 2016 karena saat ini sudah pertengahan November," ujar Thomas yang kerap disapa Tom tersebut.

Menurut Tom, realisasi yang baru bisa dilakukan pada 2016 tersebut dikarenakan, hingga akhir 2015 ini hanya tersisa waktu kurang lebih enam minggu sementara persiapan yang harus dilakukan seperti negosiasi, inspeksi, pencarian kapal dan pengiriman.

"Saya takutnya cuma tinggal enam minggu lagi, kita harus inspeksi, negosiasi, cari kapal karena jaraknya lebih jauh dari Vietnam dan Thailand. Sepertinya tidak bisa tahun ini," ujar Tom.

Tom menjelaskan, terkait dengan berapa harga beras yang nantinya akan dibeli oleh Indonesia untuk menjamin stok dalam negeri, dirinya mengatakan bahwa masih belum mendapatkan informasi terkait hal tersebut, namun untuk kualitas berdasar informasi yang diterima untuk kualitas beras sama dengan yang berasal dari Vietnam atau Thailand.

Terkait dengan apakah pada 2016 nanti juga dilakukan impor beras untuk menjamin pasokan beras, Tom menjelaskan, dirinya masih menunggu hasil dari rapat koordinasi, dimana keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras atau tidak, juga akan menambahkan pertimbangan terkait dampak El Nino.

Selain itu, lanjut Tom, market intel juga diharapkan bisa berperan lebih dan bahkan bila perlu bisa mencari pasokan dari Brazil. Sementara Bulog juga berinisiatif untuk mencari pasok dari Myanmar dan Kamboja. Menurut Tom, pihaknya harus gesit dan proaktif untuk mencari sumber pemasok beras.

"Kita sudah melakukan beberapa kali rakor, dan sama halnya dengan komoditas pangan lain, kita akan mulai perencanaan tahunan. Jadi November kita akan hitung untuk impor sapi, gula, beras untuk persiapan tahun berikutnya. Pada 2016, masih menunggu hasil rakor," ujar Tom.

Rencana pemerintah untuk mengimpor beras dari Pakistan terjadi setelah sebelumnya pemerintah mengakui bahwa keputusan untuk mengimpor beras yang akan dipergunakan untuk memperkuat stok sedikit terlambat sehingga menyebabkan minimnya pasokan dari negara pemasok seperti Vietnam dan Thailand.

Pemerintah berencana untuk mengimpor beras sebanyak 1,5 juta ton dari Vietnam dan Thailand, namun, akibat dari terlambatnya antisipasi dan mengambil keputusan, maka stok beras yang ada di negara eksportir sudah menipis dikarenakan Filipina telah melakukan pembelian dalam jumlah yang cukup besar dan menyebabkan harga beras mengalami kenaikan.

Sebelum Indonesia pada akhirnya memutuskan untuk mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand, Filipina telah melakukan pembelian sebanyak 1,5 juta ton. Angka tersebut mengalami lonjakan yang cukup tinggi, dimana pada kondisi normal impor beras Filipina hanya sebesar 500-700 ribu ton.

Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, pada Rabu (18/11), harga rata-rata nasional beras kualitas medium sebesar Rp10.536,23 per kilogram atau mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga pekan lalu yang tercatat sebesar Rp10.472,01 per kilogram, Kenaikan harga beras, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Oktober 2015, rata-rata harga beras kualitas medium di tingkat penggilingan mengalami kenaikan sebesar 0,24 persen, menjadi sebesar Rp8.960,96 per kilogram dimana tercatat pada September 2015 lalu sebesar Rp8.939,61 per kilogram.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper