Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor 2015 Diprediksi Terendah Sejak 5 Tahun Terakhir

Performa ekspor Indonesia tahun ini diproyeksi akan mencatatkan rekor terburuk sejak lima tahun terakhir, sebelum adanya momentum commodity boom yang menopang kinerja pada 2011.
Pekerja menjemur buah pinang untuk diekspor./antara
Pekerja menjemur buah pinang untuk diekspor./antara

Bisnis.com, JAKARTA-- Performa ekspor Indonesia tahun ini diproyeksi akan mencatatkan rekor terburuk sejak lima tahun terakhir, sebelum adanya momentum commodity boom yang menopang kinerja pada 2011.

Berkaca dari tren yang ada selama ini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo memproyeksi performa ekspor hingga akhir 2016 setidaknya sama dengan capaian 2010 senilai US$157,7 miliar.

"Setidaknya [nilai ekspor] sama dengan 2010. Kalau kita masuk dua bulan ke depan rata-rata US$12 miliar seperti sekarang saja, artinya [ekspor] kita akan lebih dari US$150 miliar," ujarnya di kantor BPS, Senin (16/11/2015).

Dari data yang dirilis BPS kemarin, ekspor pada Oktober 2015 tercatat US$12,08 miliar, turun 4% dibandingkan posisi bulan sebelumnya US$12,6 miliar. Realisasi kumulatif Januari-Oktober 2015 pada akhirnya mencapai US$127,2 miliar atau turun 14,04% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu US$147,9 miliar.

Sasmito mengatakan faktor kejatuhan harga-harga komoditas unggulan Tanah Air menyebabkan nilai ekpor turun walau secara volume sudah menunjukkan ada perbaikan. Total ekspor pada Oktober mencapai 42,9 juta ton, naik 4,38% (month to month) walau masih turun 1,7% (year on year).

Rata-rata harga agregat barang ekspor Indonesia secara total pada Oktober menurun 8,03% terhadap posisi bulan sebelumnya. Apalagi, bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terjadi penurunan sebesar 19,55%.

Kenaikan volume ekspor, lanjutnya, justru didorong karena adanya pelemahan harga komoditas. Negara-negara importir tengah membutuhkan pasokan inventori yang kemungkinan besar sudah mulai berkurang sehingga momentum rendahnya tingkat harga sangat dimanfaatkan.

Untuk sisa dua bulan terakhir, produk industri dan komoditas primer seperti crude palm oil, batubara, dan karet akan menjadi andalan karena perlahan menunjukkan kenaikan tipis. Apalagi, negara-negara di belahan bumi utara tengah masuk musim dingin sehingga mereka butuh barang primer.

Selain itu, pemerintah diminta untuk semakin menggenjot produk-produk kreatif, seperti batuan permata, kopi luwak, berbagai kreasi mebel, dan sebagainya.

Kendati secara trennya ada kenaikan ekspor di akhir tahun, Sasmito berujar ada pula kenaikan impor. Namun demikian, pihaknya memandang total impor tidak akan melonjak tinggi yang juga imbas dari rendahnya harga barang impor.

"Impor pasti saya rasa akan di bawah US$150 miliar, bahkan [mencapai] US$140 miliar saja saya kira berat sekali. Bayangan saya ini di-bottom dalam beberapa tahun," ungkap Sasmito.

Adapun, nilai impor Indonesia pada Oktober 2015 mencapai US$11,07 miliar, turun 27,81% dari periode yang sama tahun lalu US$15,33 miliar. Secara kumulatif Januari-Oktober 2015, capaian impor total senilai US$119,05 miliar atau turun 20,47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$149,7 miliar.

Ditemui terpisah, Menko Perekonomian Darmin Nasution terus turunnya ekspor memang sangat dipengaruhi perlambatan ekonomi China.Secara akumulatif, hingga saat ini ekspor nonmigas ke China tercatat US$11,01 miliar atau terkontraksi 20,10% dari capaian periode yang sama tahun lalu US$13,78 miliar.

Menurutnya, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah seharusnya ada penguatan dari sisi ekspor. Namun, karena selama ini Indonesia terlena dengan komoditas sumber daya alam dan masih banyaknya impor bahan baku/penolong membuat ekspor tidak ikut terdorong.

"Ya ke depan menata industri yang ada, meningkatkan ekspor produk hasil industri," ujarnya.

Darmin belum bisa memastikan apakah performa ekspor tahun ini merupakan posisi terendah atau tidaknya. Menurutnya, ke depan, pertumbuhan ekonomi China dinilai masih akan banyak mempengaruhi kinerja ekspor

Sementara itu, Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih bependapat pemerintah memang harus menyiapkan strategi perlambatan dari China. Melambatnya perekonomian China, sambung dia, pada gilirannya akan mengganggu perdagangan Indonesia ke depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper