Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Perlambatan Ekonomi, Penjualan Mesin Manufaktur Impor Turun 40 Persen

PT Jaya Metal Teknika, distributor mesin manufaktur, optimistis perlambatan ekonomi saat ini tidak akan seburuk krisis ekonomi pada 1998.
Bambang Supriyanto
Bambang Supriyanto - Bisnis.com 15 November 2015  |  15:01 WIB
Perlambatan Ekonomi, Penjualan Mesin Manufaktur Impor Turun 40 Persen
Presiden Direktur PT Jaya Metal Teknika Djunaidi Herman Hendro - JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -  PT Jaya Metal Teknika, distributor mesin manufaktur, optimistis perlambatan ekonomi saat ini tidak akan seburuk krisis ekonomi pada 1998.

Sebaliknya, Presiden Direktur PT Jaya Metal Teknika Djunaidi Herman Hendro meyakini penjualan produk mesin untuk kebutuhan industri dalam negeri akan tumbuh pada 2016.

"Penjualan mesin manufaktur turun hingga 40% pada tahun ini akibat perlambatan ekonomi dan turunnya rupiah terhadap dolar AS. Namun, kami yakin penjualan bisa tumbuh 20% pada tahun depan, karena industri otomotif masih tumbuh," ungkapnya dalam keterangan resmi.  

Dia menambahkan begitu nilai tukar rupiah kembali menguat terhadp dolar AS pembeli lokal mulai mempertimbangkan untuk kembali membeli mesin manufaktur impor.

Dia menjelaskan kondisi saat ini berbeda dibandingkan dengan krisis 1998. Pada saat itu, ujar Djunaidi, penjualan mesin impor baru pulih dalam tiga tahun.

"Pada saat krisis 1998 penjualan zero dan butuh tiga tahun untuk kembali normal."

Sebaliknya, sambungnya, dalam beberapa bulan ke depan penjualan mesin manufaktur impor akan kembali berangsur pulih.

PT Jaya Metal Teknika, ujar Djunaidi, menjual mesin manufaktur impor dari beberapa negara, yakni mayoritas dari Taiwan sebesar 80%, Jepang (15%), dan Eropa (5%).

Dia mengungkapkan selain memasok kebutuhan industri otomotif, sejumlah mesin asal Taiwan juga dipasok untuk pabrik makanan dan minuman, pabrik kelapa sawit, dan tambang batu bara.

Djunaidi menjelaskan perusahaanya mempunyai sekitar 200 pelanggan perusahaan besar di Indonesia.

"Kami mempertimbangkan untuk membangun pabrik mesin manufaktur di Indonesia. Sejumlah investor asing sudah tertarik, tetapi kami perkirakan baru bisa terealisasi dalam waktu lima tahun hingga 10 tahun ke depan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

mesin industri
Editor : Bambang Supriyanto

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top