Bisnis.com, JAKARTA—PT Hutama Karya (Persero) tengah menyiapkan pembangunan empat pabrik beton pracetak untuk menyuplai kebutuhan pembangunan empat ruas tambahan Trans Sumatera. Dua dari keempat pabrik tersebut berada di Pulau Jawa yakni di Cilegon dan Jakarta, sementara sisanya berada di Sumatera dan Sulawesi.
Direktur Utama Hutama Karya I Gusti Ngurah Putra menyatakan pabrik pertama yang berlokasi di Cilegon ditargetkan siap beroperasi 2016. Total kebutuhan investasi untuk pabrik berkapasitas 200 ribu ton per tahun tersebut mencapai Rp140 miliar.
“Untuk memperkuat daya saing saja, proyeksinya memang untuk empat ruas lagi. Kami dapat pinjaman dari Exim Bank,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (06/1/20151).
Putra menambahkan, pihaknya tidak menggunakan dana PMN untuk membangun pabrik, karena PMN hanya digunakan untuk konstruksi ruas tol Trans Sumatera. Saat ini dia juga tengah menghitung total kebutuhan investasi untuk tiga pabrik lainnya yang akan mulai dibangun pada 2016.
HK mendapatkan penugasan untuk membangun empat ruas Trans Sumatera melalui Perpres Nomor 100/2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Keempat ruas tersebut antara lain yakni Medan—Binjai (17 km), Palembang—Indralaya (22 km) , Bakauheni—Terbanggi Besar (140 km), dan Pekanbaru—Dumai (126 km).
Adapun pembangunan pabrik beton pracetak itu, ujar Putra, diproyeksikan untuk melengkapi kebutuhan beton dalam empat ruas tambahan Trans Sumatera yang akan tercantum dalam revisi perpres 100/2014. Keempat ruas tersebut antara lain Terbanggi Besar-Pematang Panggang (100 km), Pematang Panggang-Kayu Agung (85 km), Palembang-Tanjung Api-Api (100 km) dan Kisaran-Tebing Tinggi (60 km).
“Kita akan bikin anak usaha beton karena yang lain sudah punya. Kalau tidak, kita bisa kalah ikut tender,” tambahnya.
Tak hanya HK, PT Wijaya Karya Beton anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, juga tengah bersiap mengoperasikan pabrik beton practak dan pemecah batu split baru di Lampung Selatan pada 2016. Saat ini, konstruksi pabrik telah mencapai 99% dan sedang dalam masa percobaan.
Direktur Utama PT Wika Beton Wilfred Singkali mengakui operasional pabrik tersebut mundur dari rencana semula pada pertengahan 2015. Hal tersebut terjadi karena masih menunggu beberapa peralatan pabrik buatan lokal dan faktor permintaan pasar.
“Kami tidak akan terburu-buru juga kalau pasarnya juga belum terlihat. Tapi Januari [2016] ini sudah bisa jalan,” katanya.