Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RPP PENGUPAHAN: Data Ini yang Dipakai Pemerintah untuk Menghitung Kenaikan Upah Minimum

Pemerintah akhirnya menjawab alasan penggunaan data inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dalam penghitungan kenaikan upah minimum yang diatur dalam PP No. 78/2015 tentang Pengupahan.n
Ribuan buruh melakukan unjuk rasa saat memperingati Hari Buruh Sedunia di jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (1/5). Dalam aksinya mereka menuntut diantaranya, menaikkan upah minimum 2015 sebesar 30%, kebutuhan hidup layak menjadi 84 item, dan meminta jaminan pensiun harus ditetapkan pada Juli 2015. /nh-bisnis.com
Ribuan buruh melakukan unjuk rasa saat memperingati Hari Buruh Sedunia di jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (1/5). Dalam aksinya mereka menuntut diantaranya, menaikkan upah minimum 2015 sebesar 30%, kebutuhan hidup layak menjadi 84 item, dan meminta jaminan pensiun harus ditetapkan pada Juli 2015. /nh-bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah akhirnya menjawab alasan penggunaan data inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dalam penghitungan kenaikan upah minimum yang diatur dalam PP No. 78/2015 tentang Pengupahan.

Menurut Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan Haiyani RUmondang, inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dijadikan acuan untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh pekerja.

"Kalau yang digunakan inflasi dan pertumbuhan daerah justru akan terjadi ketimpangan. Dengan mengacu pada nasional ini akan mewujudkan keadilan bagi pekerja di seluruh Indonesia," katanya, Senin (26/10/2015).

Dalam PP No. 78/2015, penghitungan kenaikan upah minimum setiap tahun dilakukan dengan rumusan upah minimum tahun berjalan dikali dengan tingkat inflasi ditambah pertumbuhan ekonomi.

Adapun data dan nilai kebutuhan hidup layak (KHL) sebagai salah satu komponen dasar dalam penghitungan upah minimum dilakukan setiap lima tahun sekali.

"Data untuk KHL selain dengan survei juga menggunakan data dari Badan Pusat Statistik," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper