Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KETAHANAN PANGAN: Memanen Puluhan Juta Rupiah Dari Padi Hazton

Kalau hanya dipikirkan tetapi tidak dipraktikkan pasti yang ada rumit. Kami dulu awalnya begitu, sekarang sudah biasa.
Ilustrasi/hazton.com
Ilustrasi/hazton.com

Bisnis.com, PONTIANAK – Padi Hazton yang dulu dipandang sebelah mata, kini menjadi sumber harapan baru bagi petani di Kalimantan Barat.

“Kalau hanya dipikirkan tetapi tidak dipraktikkan pasti yang ada rumit. Kami dulu awalnya begitu, sekarang sudah biasa,” kata Rokip, petani kelompok Makmur I dari Desa Peniraman, pada Kamis (8/10/2015).

Dia bersama 11 gabungan kelompok tani (Gapoktan) seluruh desa itu, mulanya pada 2 tahun lalu bergeming dengan bujukan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat dan Bank Indonesia untuk mau mencoba metode tanam padi Hazton di desa yang memiliki waktu tempuh 1 jam dari Kota Pontianak itu.

Dalam benak petani, mustahil bisa meraih hasil panen mencapai puluhan juta. Namun, setelah mau mencoba dan merasakan hasil panen ternyata terbukti bisa menghasilkan panen 2 kali lipat dari panen sebelumnya. Sekarang tidak ada lagi terbesit keraguan di antara mereka.

Tidak jauh dari hiruk pikuk padatnya kota, ada potensi putaran uang mencapai belasan triliun rupiah di atas lahan 200.075 hektare dalam satu tahun itu. Dalam 1 kali panen, Rokip bisa mendapatkan pendapatan kotor Rp45 juta.

“Dulu sekali panen saya hanya mendapatkan 75 ton untuk 25 ha atau Rp15 juta sebelum menggunakan teknik padi Hazton. Panen terakhir yang kedua tahun ini, saya bisa mendapatkan 11,3 ton padi per ha atau 282,5 ton,” tuturnya.

Kesuksesan petani Desa Peniraman itu berawal dari ide Kadis Pertanian Kalbar Hazairin bersama Anton Kamaruddin, Staf Penyuluh Dinas Pertanian, yang menemukan teknik baru bertanam di polybag, di kediaman Hazairin. Keduanya mendalami proses untuk menciptakan teknik tersebut hingga berhasil.

Hazairin mengatakan, biasanya per lubang di lahan sawah siap tanam, ditanami maksimal 10 batang bibit. Untuk teknik Hazton menggunakan bibit 20 hingga 30 batang sehingga yang didapat adalah indukan produktif yang tidak menghasilkan anakan. Hasil indukan yang berlipat itulah yang diincar mereka.  

“Produksi berlipat, penanaman mudah, tahan terhadap hama dan orong-orong, umur panen lebih cepat, kualitas beras tinggi tidak pecah. Jadi ada petani yang bilang namanya padi Hazton dari Hazairin Antonhasilnya berton-ton,”  ujarnya tersenyum.

Keberhasilan menanam Hazton, lanjutnya, menular ke sejumlah daerah seperti di Kabupaten Kayong Utara, bahkan telah diadopsi di Solo, Kabupaten Gunung Stoli (Sumatra Utara), hingga Banyumas, Jawa Tengah.

Dia berharap, jika seluruh lahan sawah menggunakan teknik ini maka Indonesia bisa produksi 10 ton per ha atau memproduksi 150 juta ton gabah dalam satu tahun.

Badan Pusat Statistik memprediksi produksi padi 2015 seluruh Indonesia mencapai 75,55 juta ton gabah kering giling (GKG), yang mengalami kenaikan sebesar 6,64% atau lebih banyak 4,70 juta ton dibandingkan dengan 2014 yang mencapai 70,83 juta ton.

Produksi GKG masih didominasi dari sentra-sentra pertanian di Jawa sebanyak 1,83 juta ton dan di luar pulau Jawa sebanyak 2,88 juta ton, pada akhir 2015 ini. Sementara produksi padi Kalbar mencapai 1,3 juta ton terdiri dari 1,19 juta ton padi sawah dan 173.623 padi ladang.

“Secara umum produksi padi di Kalbar masih rendah rata-rata 5 ton per ha dengan rincian 3 ton per ha padi sawah dan 2 ton padi ladang per ha. Sekarang saja produksi padi 900.000 ton surplus 270.000 ton dari kebutuhan sekitar 630.000 ton,” tuturnya.

Keberhasilan petani Desa Peniraman mengembangkan padi Hazton berbuah bantuan dari Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat dalam bentuk pupuk, bibit, dan mesin giling.

“Total sudah kami berikan bantuan sebanyak 114 ha dari target 1.000 ha seluruh Kalbar. Tahun depan, kami akan mengejar 900 ha untuk demplot-demplot yang akan menerima bantuan tersebut,” kata Dwi Suslamanto, Kepala BI Perwakilan Kalbar.

Langkah lain yang dilakukan pihaknya adalah memberikan bantuan mesin penggilingan padi seperti di Desa Peniraman dan sejumlah desa di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kubu Raya.

Dari mesin itu, petani tidak perlu lagi membawa hasil panen ke penampung. Padi bisa langsung digiling oleh petani. Limbah dari penggilingan, kemudian dibuat dedak untuk pakan ternak dan dijual. Kini petani-petani didorong menjadi pebisnis dengan adanya kemudahan memiliki mesin penggilingan beras tersebut.

“Kami membantu juga penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) seperti di Peniraman ini. Kami ajak petani menjadi pebisnis dalam meningkatkan nilai tambah lainnya, seperti membuat kolam ikan, dan menanam sayur-sayuran, nanti bisa dikonsumsi sendiri dan dijual,” ujarnya.

Kehadiran Padi Hazton memberikan harapan akan naiknya kesejahteraan petani seluruh Kalbar.

Nilai tukar petani (NTP) Kalbar mengalami penurunan sebesar 0,27 poin pada September 2015 atau mencapai 96,30 poin dibandingkan dengan Agustus  sebesar 96,57 poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper