Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PT PAL Indonesia Gandeng ITS dalam Proyek 5.000 Kapal Nelayan Senilai Rp5 Triliun

PT PAL Indonesia (Persero) akan menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, dalam mewujudkan proyek pembangunan 3.000-5.000 kapal nelayan pesanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Seorang karyawan PT PAL Indonesia melintas di depan KRI Banda Aceh-593, seusai serah terima kapal itu, di Surabaya, belum lama ini./JIBI
Seorang karyawan PT PAL Indonesia melintas di depan KRI Banda Aceh-593, seusai serah terima kapal itu, di Surabaya, belum lama ini./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – PT PAL Indonesia (Persero) akan menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, dalam mewujudkan proyek pembangunan 3.000-5.000 kapal nelayan pesanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

“Kami akan melibatkan perguruan tinggi yakni ITS, tepatnya Fakultas Teknologi Kelautan,” ujar Direktur Utama PAL Indonesia Muhammad Firmansyah Arifin di Jakarta, hari ini, Rabu (30/9/2015).

Fakultas Teknologi Kelautan ITS dipilih karena memiliki ahli di bidang perancangan kapal, permesinan kapal, hingga manajemen transportasi laut. Di kampus itu juga berdiri Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (Nasdec) kolaborasi ITS dengan Kementerian Perindustrian.

Dalam proyek pengadaan kapal itu, PAL Indonesia akan berfungsi sebagai lead coordinator. Selain ITS, perusahaan pelat merah itu akan menggandeng para pemangku kepentingan lain guna merumuskan desain kapal yakni KKP, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Balitbang KKP, dan pengguna kapal itu sendiri.

Firmansyah mengatakan nantinya desain seluruh kapal tidak akan tunggal tetapi berdasarkan karakteristik nelayan di berbagai daerah. Dengan cara ini, kapal tersebut dapat digunakan sesuai kearifan lokal.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja mengatakan program-program kapal nelayan tidak boleh mengesampingkan kearifan lokal. Karena itu, KKP akan merekrut para antropolog sosial.

“Kami tidak mau kalau nanti nelayan dikasih kapal tidak sesuai dengan jati diri mereka sehingga akhirnya tidak terpakai. Dengan pemberian kapal kami ingin mereka tumbuh tetapi sesuai dengan hati,” ujarnya.

Sjarief mencontohkan salah satu kearifan lokal di Provinsi Aceh. Di Bumi Serambi Mekah itu para nelayan tradisional memiliki lembaga adat “Panglima Laot”. Para nelayan di Pantau Utara Jawa juga berbeda dengan Pantai Selatan.

“Begitu pun dengan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara berbeda,” katanya.

Proyek pengadaan 3.000-5.000 kapal nelayan akan menggunakan anggaran 2016 dan menelan dana hingga Rp5 triliun.

Kapal-kapal itu berbobot dari 5 gross ton (GT), 10 GT, hingga 100 GT. Seluruh kapal rencananya akan terbuat dari fiberglass alias berbeda dengan kapal kebanyakan nelayan tradisional yang berbahan baku kayu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper