Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FED RATE BATAL NAIK: Aliran Dana Asing Bakal Makin Tiris

Hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang memutuskan untuk menunda penaikan suku bunga acuan Bank Sentral atau The Fed ternyata tetap membawa ketidakpastian.
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang memutuskan untuk menunda penaikan suku bunga acuan Bank Sentral atau The Fed ternyata tetap membawa ketidakpastian.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan penundaan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS akan tetap berdampak terhadap nilai tukar rupiah meskipun fundamental ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan yang positif.

"Saya lihat tentu akan berdampak pada nilai tukar. Nilai tukar selama di Indonesia masih ada current account deficit (CAD), masih ada penggunaan rupiah yang masuk belum meluas di Indonesia," ujarnya di Gedung BI, Jumat (18/9/2015).

Tekanan pada nilai tukar rupiah terjadi karena adanya kewajiban pembayaran hutang yang jatuh tempo sehingga membutuhkan suplai mata uang dolar.

Ketidakpastian yang ditimbulkan dari penundaan kenaikan Fed Fund Rate juga berdampak pada aliran dana yang masuk ke Indonesia.
Inflow yang masuk dari Januari-September tahun ini hanya Rp40 triliun, jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp170 triliun.

"Ini semua masih menunggu karena perkembangan di Amerika itu jadi salah satu yang ditunggu," ucapnya.

Kendati demikian, Agus menuturkan kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan yang baik. Hal itu terlihat dari inflasi yang terkendali dan keyakinan dapat mencapai target hingga akhir tahun sebesar 4 plus minus 1 persen.

"CAD memang masih defisit, itu akan membuat tekanan terhadap permintaan dolar atau valas yang cukup tinggi. Ekonomi di Indonesia kita liat CAD menuju kondisi lebih sehat walaupun defisit, yang sebelumnya dari minus 4 pada kuartal lalu 2014 sekarang menjadi minus 2," tuturnya.

Ditambah lagi, penyaluran kredit perbankan yang menunjukkan kondisi yang baik yakni pertumbuhan pada Agustus berada di kisaran 10,9%.

Di sisi neraca perdagangan, lanjutnya, memang terdapat surplus pada Agustus walaupun lebih sedikit dibandingkan bulan Juli.

Mengecilnya aurplus neraca perdagangan ini karena permintaan impor nonmigas yang cukup tinggi yang didominasi barang-barang dan keperluan untuk industri dalam negeri.

"Itu tanda bahwa ekonomi bergerak dan akan ada dorongan untuk pertumbuhan yang baik karena sudah dimulai dengan impor yang meningkat khususnya untuk barang modal dan barang setengah jadi," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper