Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Merosot, Utang Luar Negeri Melambat

Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) pada Juli 2015 mencapai US$303,67 miliar.
Ilustrasi/alexedmans.com
Ilustrasi/alexedmans.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) pada Juli 2015 mencapai US$303,67 miliar.

Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia yang dipublikasikan Bank Indonesia, jumlah ULN Indonesia pada bulan Juli ini mengalami penurunan sebesar 0,23% (month to month/m-t-m) bila dibandingkan bulan Juni yang mencapai US$304,38 miliar.

Namun, bila dibandingkan dengan Juli tahun lalu, jumlah ULN pada Juli tahun ini mengalami pertumbuhan sebesar 3,74% (y-o-y) pada Juli 2014 yang US$292,7 miliar dan naik sebesar 3,39% (y-t-d) dari akhir tahun 2014 yang hanya US$293,7 miliar.

Pertumbuhan ULN pada Juli ini mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya. Pasalnya, ULN pada Juni 2015 tercatat senilai US$304,28 miliar atau bertumbuh 6,27% (y-o-y) dari Juni 2014 yang senilai US$286,33 miliar.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Hendy Sulistyowati mengatakan perlambatan pertumbuhan ULN pada Juli 2015 terjadi baik pada ULN sektor swasta maupun ULN sektor publik.

"Perlambatan pertumbuhan ULN tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ULN pemerintah maupun swasta yang masing-masing turun dari 2,2% (y-o-y) menjadi 0,3% (y-o-y) dan dari 9,7% (y-o-y) menjadi 6,7% (y-o-y)," ujarnya di Gedung BI, Jumat (18/9/2015).

Hendy menuturkan apabila dilihat dari sisi instrumen, penurunan ULN Juli 2015 ini dibandingkan bulan sebelumnya disebabkan oleh beberapa faktor yakni turunnya loan agreement baik sektor pemerintah maupun swasta, turunnya utang dagang, dan kepemilikan nonresiden atas surat utang sektor swasta.

"Kepemilikan nonresiden atas surat utang sektor publik masih meningkat ditopang oleh adanya penerbitan Eurobond senilai US$1,3 miliar," katanya.

Posisi ULN Indonesia yang senilai US$303,67 miliar tersebut terdiri dari ULN sektor pemerintah senilai US$134,5 miliar atau sebesar 44,3% dari total ULN dan untuk sektor swasta senilai US$169,16 miliar atau sebesar 55,7% dari total ULN yang senilai US$303,67 miliar.

Porsi kepemilikan ULN swasta pada bulan Juli 2015 ini mengalami sedikit kenaikan daripada periode yang sama tahun lalu. Pada Juli 2014, posisi ULN swasta sebesar 54,1% atau senilai US$158,56 miliar dari total ULN Juli 2014 yang senilai US$292,7 miliar.

ULN sektor swasta pada Juli 2015 mengalami penurunan 0,36% dari bulan Juni 2015 (m-t-m) yang senilai US$169,16 miliar.

"ULN swasta ini didominasi oleh pinjaman dalam bentuk loan agreement dengan posisi US$110,3 miliar atau 65% dari total ULN swasta," ucap Hendy.

Namun, jumlah ULN swasta ini mengalami kenaikan sebesar 3,16% (y-t-d) dibanding posisi akhir tahun lalu yang senilai US$163,97 miliar dan juga tumbuh sebesar 6,68% (y-o-y) bila dibanding posisi Juli 2014 senilai US$158,56 miliar.

Dia menambahkan berdasarkan instituisnya, sektor swasta masih didominasi oleh korporasi non bank atau pangsa 80,8% dari total ULN swasta bulan Juli 2015 yang menurun sebesar 0,9% (m-t-m).

"Berdasarkan kreditornya, ULN swasta non afiliasi atau pangsa 65,6% dari total ULN swasta yang kreditornya dominan mengalami peningkatan sebesar 0,5% (m-t-m)," ujarnya.

Untuk ULN pemerintah pada bulan Juli ini yang senilai US$134,5 miliar dibanding Juni 2015 mengalami penurunan tipis sebesar 0,007% (m-t-m) dari posisi US$134,6 miliar.

Namun, jumlah ULN pemerintah ini mengalami kenaikan sebesar 3,68% (y-t-d) dibanding posisi akhir tahun lalu yang senilai US$129,73 miliar dan tumbuh tipis sebesar 0,26% (y-o-y) bila dibanding posisi Juli 2014 dari posisi senilai US$134,15 miliar.

"ULN Pemerintah ini didominasi oleh pinjaman atau loan agreement dengan pangsa 39% dari total ULN publik dan 60% diantaranya beruapa pinjaman proyek yang posisinya terus menurun," tutur Hendy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper