Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Perhotelan Asia Pasifik: Thailand Moncer, Singapura Merana

Okupansi perhotelan di kawasan Asia Pasifik dilaporkan mengalami kenaikan 210 basis poin (bps) menjadi 70,7% per Juli 2015, ungkap laporan perusahaan analisis data perhotelan, STR Global.
Ilustrasi: Wisata Sungai Chao Phraya di Bangkok, Thailand./bangkok.tgcondo.com
Ilustrasi: Wisata Sungai Chao Phraya di Bangkok, Thailand./bangkok.tgcondo.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Okupansi perhotelan di kawasan Asia Pasifik dilaporkan mengalami kenaikan 210 basis poin (bps) menjadi 70,7% per Juli 2015, ungkap laporan perusahaan analisis data perhotelan, STR Global.

Sejalan dengan peningkatan okupansi, rata-rata tarif harian (average daily rate/ADR) juga mengalami kenaikan 1,2% menjadi US$105,12 dan pendapatan per kamar (revenuer per available room/RevPAR) terkerek 3,2% menjadi US$74,34.

Dalam laporan STR Global terbaru, kinerja perhotelan Thailand tumbuh paling pesat, disusul Sydney (Australia), China, dan Maladewa. Sementara itu, Singapura dan Hong Kong tercatat mengalami tren penurunan.

Okupansi hotel di Thailand tumbuh 30,5% secara tahunan menjadi 76,5%, diikuti dengan kenaikan ADR sebesar 3,1% dan lonjakan RevPAR sebesar 34,5%.

STR menyebut, kinerja perhotelan di Thailand tetap moncer kendati Negeri Gajah Putih itu menghadapi situasi politik yang pelik.

Permintaan kamar hotel di sana tetap tinggi sementara pasokan tidak bisa mengimbangi. Pertumbuhan permintaan mencapai 25,2% sedangkan pasokan hanya tumbuh 1,7%.

Di China, pertumbuhan okupansi dan ADR masing-masing mencapai 0,1% dan, 1,7% sedangkan RevPAR turun 1,7%. STR menduga penurunan RevPAR sejalan dengan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu. Per Kuartal II 2015, ekonomi China tumbuh 7%.

Kelesuan juga terjadi di Singapura. STR menyebut, kunjungan turis asing dan perjalanan bisnis ke Singapura mengalami penurunan. Okupansi hotel di Negeri Singa itu turun 1,9% menjadi 84,7%, diikuti penurunan ADR dan RevPAR masing-masing 3,1% dan 1,3%.

STR menyebut, penurunan ini antara lain disebabkan maraknya kegiatan konferensi di Thailand sementara turis-turis asing terutama dari China juga lebih memilih negara Asia lainnya ketimbang Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rivki Maulana
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper