Bisnis.com, PADANG- Manajemen PT Semen Padang menyatakan realisasi pembangunan fisik pabrik Indarung VI sudah mencapai 58,40%, untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaan tersebut.
Direktur Utama Semen Padang Benny Wendry menuturkan pabrik Indarung VI yang sudah mulai dibangun sejak Mei tahun lalu telah mencapai realisasi fisik 58,40% dengan target beroperasional di ujung tahun depan.
Menurutnya, pengerjaan proyek senilai Rp3,8 triliun itu telah mencapai 77,17% yang terkontrak dan 33,8% dari jumlah persentase tersebut sudah dibayarkan.
"Target kami, pabrik Indarung VI ini beroperasi di kuartal IV/2015 dengan kapasitas produksi 3 juta ton," katanya.
Dia mengatakan pengerjaan proyek itu melibatkan sejumlah BUMN dan perusahaan lokal a.l PT Waskita Karya, PT Adhi Karya, PT Nindya Karya, PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya Konstruksi, PT Barata Indonesia, dan PT Bukaka Teknik Utama.Adapun, porsi pengerjaan pabrik Indarung VI melibatkan 70% lokal (yakni 40% dikerjakan workshop Semen Padang dan 30% vendor lokal) dan 30% diimpor.
Meski sebagian material diimpor, dia memastikan depresiasi rupiah tidak akan membuat pembiayaan proyek tersebut membengkak, karena pembelian material impor sudah dilakukan dengan hedging.
Mungkin ada peningkatan biaya, tetapi tidak jauh dari Rp3,8 triliun, karena kami sudah hedging, ujarnya. Benny menyebutkan dengan beroperasinya proyek Indarung VI akan meningkatkan produksi Semen Padang menjadi 10,4 juta ton.
Saat ini, total kapasitas produksi perusahaan semen tertua di Asia Tenggara itu mencapai 7,4 juta ton.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong percepatan pembangunan pabrik vital dalam negeri, terutama industri semen meski konsumsi lokal mengalami penurunan drastis sepanjang paruh pertama tahun ini.Industri semen adalah induk untuk pembangunan sektor infrastruktur.
Kebutuhan semen akan selalu tinggi, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan penjualan, katanya di Padang.Dia mengakui semester pertama tahun ini terjadi kelesuan industri semen akibat belum optimalnya penyerapan anggaran yang berdampak masih minimnya pembangunan infrastruktur yang diprogramkan pemerintah.
Namun, dia memastikan sektor tersebut akan segera pulih mengingat komitmen pemerintah mengatasi depresiasi rupiah dan tekanan ekonomi global, serta kian dipacunya penyerapan belanja pemerintah.Yang penting bagaimana menjaga efisiensi dan meningkatkan mutu, karena persaingan juga semakin ketat, ujarnya.