Bisnis.com, JAKARTA – Berbagai cara unik dilakukan dalam rangka memperingati hari jadi Indonesia yang ke-70. Salah satunya adalah upacara bendera di tengah lautan, seperti yang dilakukan oleh PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).
Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang berbasis di Jawa Timur itu melakukan upacara bendera hari ini di lokasi penambangan minyak dan gas di sekitar Pulau Garam.
Uniknya, mereka melakukan upacara tersebut tidak hanya antarkaryawan, tapi bersama masyarakat sekitar wilayah pengeboran. Di samping itu mereka mengadakan lomba di sekitar ORF Desa Sidorukun, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Acara tasyakuran dengan warga sekitar ORF merupakan wujud kedekatan dan jalinan sosial yang bagus antara korporasi dengan lingkungan sosial terdekat. Sebab, selama ini warga Desa Sidorukun dan sekitarnya ikut mendukung keberlangsungan aktifitas pokok korporasi.
"Di acara ini kami juga mengucapkan rasa terima kasih pada warga Desa Sidorukun yang turut menjaga keberlangsungan PHE WMO selama beroperasi," kata Field Operation Manager PHE WMO, Seth Samuel Ambat dalam siaran pers, Senin (17/8/2015).
Pada hari yang sama, manajemen PHE WMO di Gresik juga menggelar upacara bendera di ORF di Desa Sidorukun, Kebomas, Gresik. Upacara bendera itu berlangsung khikmad dengan inspektur upacara Seth Samuel Ambat.
Sementara itu, yang bertindak sebagai petugas upacara adalah karyawan di bagian security dan bagian lainnya di korporasi ini. Upacara bendera ini diikuti sejumlah karyawan, security, dan perwakilan masyarakat dari Desa Sidorukun.
Inspektur upacara Seth Ambat membacakan sambutan Kepala SKK Migas Amin Sunaryadi soal masa depan bisnis industri hulu migas di Indonesia.
Menurutnya, ada perbedaan pada peringatan HUT RI ke 70 pada tahun 2015 dibanding tahun sebelumnya. Perbedaan dimaksud adalah turunnya harga minyak dunia, yang menjadi tantangan tersendiri bagi PHE WMO untuk bekerja lebih keras meningkatkan produksi bagi industri dalam negeri.
"Industri hulu migas dihadapkan pada tantangan tak mudah sejak akhir 2014. Harga minyak dunia yang biasa stabil berada di atas US$100 per barel turun drastis hingga di bawah US$50 per barel. Dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami," ujarnya.
Fenomena itu, katanya, berdampak pula pada industri penunjang dan pemangku kepentingan lainnya. Namun, industri hulu migas tidak akan duduk diam menerima pukulan tersebut.
"Kita diberi amanah untuk terus meningkatkan produksi dan menambah cadangan baru dengan tetap mengupayakan pembangunan kapasitas nasional," kata Seth Ambat.
Berdasarkan catatan SKK Migas selama tiga tahun berturut-turut investasi pada industri hulu migas terus meningkat, yaitu dari US$20,4 miliar pada tahun 2013, dan 2014 menjadi US$21,4 miliar, dan 2015 diperkirakan terus meningkat.
Peningkatan ini mencerminkan kuatnya industri hulu migas sebagai penggerak perekonomian nasional.
Selain optimistis investasi industri hulu migas meningkat, sepanjang 2015 industri hulu migas juga dapat menekan laju penurunan produksi migas menjadi 1%.
Sampai Juni 2015, produksi migas nasional mencapai 1 juta 919 ribu setara per barel per hari, atau sekitar 97,3% dari target APBN-P tahun 2015.
“Meskipun produksi masih di bawah target, realisasi penerimaan negara pada semester pertama 2015 mencapai US$7 miliar, atau 50,7% dari total penerimaan negara yang direncanakan diterima pada tahun 2015,” tutup Seth.