Bisnis.com,JAKARTA--Penurunan harga minyak mentah ke level terendah sejak 2009 menjadi US$41,97 per barel mengerek turun harga bahan baku industri petrokimia. Namun, produsen belum dapat memanfaatkannya seiring dengan depresiasi rupiah serta permintaan yang lesu.
Fajar Budiyono, Sekretaris Jenderal Indonesian Olefin & Plastic Industry Association (Inaplas), mengatakanharga bahan baku seperti Nafta turun menjadi US$500 per ton dari US$900 per ton, Etilena dan Propilena menjadi US$900 dari US$1.200 per ton.
Selain itu, bahan baku plastik yakni Polietilena dan Polipropilena turun tipis menjadi US$1.250 dari rata-rata US$1.300. Namun sayangnya penurunan harga ini tidak terasa akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang begitu dalam, ujarnya kepadaBisnis, Selasa (18/8).
Menurutnya, penurunan harga Nafta yang merupakan produk hilir dari minyak mentah juga akibat permintaan pasar global yang tidak terlalu tinggi. Sementara penurunan harga Etilena dan Propilena sebesar US$300 per ton akibat permintaan pasar yang tinggi.
Melihat kondisi ini, lanjutnya, pengusaha berharap pemerintah dapat mempercepat realisasi belanja pada semester II guna meningkatkan daya beli masyarakat. Karena, konsumen terbesar industri plastik sekitar 60% adalah sektor industri makanan dan minuman.