Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah berencana meningkatkan penyerapan tomat dengan melakukan penghiliran industri. Tingginya surplus produksi tomat dalam beberapa tahun terakhir membuat harga komoditas tersebut di tingkat petani terpuruk.
Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan surplus tomat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, rata-rata produksi tomat mencapai 916.000 ton. Sedangkan kebutuhannya hanya 520.000 ton, sehingga menghasilkan surplusnya antara 396.000-400.000 ton per tahun.
“Selayaknya kita pelajari apa yang bisa dilakukan untuk membantu. Kita akan bekerja sama dengan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) untuk mencari investor, kita bikin pabrik pengolahan. Kita ambil hikmanyalah dari peristiwa surplus produksi dan kejatuhan harga tomat,” kata Tomas.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina menyebutkan beberapa perusahaan di industri makanan dan minuman serta pelaku usaha di industri ritel sudah menyetujui untuk meningkatkan penyerapan tomat di dalam negeri.
“Indofood akan menyerap sekitar 5 ton per bulan. Kalau Wings dan ABC, karena mereka biasanya membutuhkan dalam bentuk pasta, di industri hilir kita perlu didorong untuk berkembang,” kata Srie.
Program pengembangan hilirisasi tersebut merupakan program jangka menengah yang dilakukan pemerintah untuk menekan surplus. Srie mengatakan, selama ini industri hilir untuk tomat di Indonesia belum berkembang. Selain penyerapan dari industri skala besar, pihaknya juga akan melakukan pemetaan industri kecil dan menengah yang membutuhkan bahan baku tersebut agar dapat meningkatkan permintaan.
Selain itu, lanjut Srie, sektor ritel juga berkomitmen untuk meningkatkan penyerapan dengan mengadakan bazaar. Saat ini harga tomat di ritel modern berada di kisaran harga Rp8.000/kg. Dengan harga yang lebih rendah, diharapkan akan banyak konsumen yang meningkatkan pembeliannya.