Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Staf Ahli Mentan Klaim Indonesia Tidak Perlu Impor Beras

Kementerian Pertanian Republik Indonesia menjamin persedian pangan untuk kebutuhan nasional relatif aman dan tidak perlu mengimpor beras.
Indoensia optimistis tidak akan melakukan impor beras tahun ini./JIBI
Indoensia optimistis tidak akan melakukan impor beras tahun ini./JIBI

Bisnis.com, LEBAK -  Kementerian Pertanian Republik Indonesia menjamin persedian pangan untuk kebutuhan nasional relatif aman dan tidak perlu mengimpor beras.

"Kami yakin persedian pangan aman dan tidak berdampak meski adanya kekeringan yang melanda sejumlah daerah," kata Staf Ahli Menteri Pertanian Sam Herodian usai menghadiri panen perdana metode hazton di Desa Tambakbaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Rabu (12/8/2015).

Menurut dia, saat ini produksi pangan mengalami peningkatan hingga kisaran 5,5 juta ton. Tahun lalu sekitar 70-an juta ton, pada 2015 naik menjadi 75,5 juta ton.

Peningkatan produksi pangan itu berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), dan masuk luar biasa sepanjang Indonesia merdeka.

Karena itu, pihaknya menjamin stok pangan aman dan tidak mendatangkan beras impor untuk kebutuhan konsumsi nasional.

"Kami akan bekerja keras agar produksi pangan tahun depan naik untuk merealisasikan komitmen pemerintahan Joko Widodo surplus berswasembada beras," katanya.

Ia mengatakan, peningkatan produksi pangan nasional itu tidak lepas kerja sama pemerintah daerah, TNI AD dan masyarakat petani.

Mereka bersinergis juga memiliki tangung jawab untuk mendukung program kedaulatan pangan dengan bekerja tanpa kenal lelah di lapangan.

Target swasembada selama tiga tahun yang dicanangkan pemerintah harus direalisasikan dengan peningkatan produksi, apalagi panen padi di Provinsi Banten masih berlangsung hingga Desember mendatang meskipun terjadi kekeringan.

Panen padi di Desa Tambakbaya, Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak cukup luar biasa dengan penerapan teknologi hazton hingga mencapai 9,7 ton gabah kering pungut (GKP)/hektare.

"Kami minta penerapan teknologi itu bisa dilaksanakan di berbagai daerah di Tanah Air sehingga dapat menguntungkan para petani," katanya.

Ia juga mengharapkan petani hasil panen padi dijual ke Perum Bulog karena Bulog bisa membeli dengan harga di atas harga patokan pemerintah (HPP).

Saat ini, HPP untuk kategori gabah kering pungut (GKP) Rp3.700/Kg, gabah kering giling (GKG) Rp4.600/kg dan beras Rp7.300/Kg.

Karena itu, ia meminta petani menjual hasil panen ke Bulog dengan harga di atas HPP sehingga dapat menguntungkan pendapatan ekonomi petani.

"Kami minta Perum Bulog Banten segera menampung hasil panen petani," katanya.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sukabunga Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Ruhyana mengatakan panen perdana dengan penerapan teknologi hazton dapat menguntungkan pendapatan ekonomi petani.

Sebab pengembangan penerapan teknologi hazton itu hingga produktivitas pangan mencapai di atas 9 ton GKP/hektare.

Saat ini, panen perdana di wilayahnya seluas 170 hektare dengan varietas benih unggul jenis inpari 31 dan inpari 20 dengan tanam awal Mei 2015.

"Kami panen perdana ini terbantu dengan bantuan pompanisasi dari Kementerian Pertanian dan bisa dilakukan penyedotan air Sungai Ciberang sehingga tidak mengalami kekeringan," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper