Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Mengapa Cadangan Devisa Terus Menurun

Bank Indonesia menyatakan penurunan cadangan devisa dalam beberapa bulan terakhir dipengaruhi oleh sejumlah faktor yakni perekonomian China yang melemah dan menguatnya mata uang dolar AS.
  /
/

Bisnis.com,JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan penurunan cadangan devisa dalam beberapa bulan terakhir dipengaruhi oleh sejumlah faktor yakni perekonomian China yang melemah dan menguatnya dolar AS.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan ekonomi di China membuat harga komoditas jatuh sejak 2012.

Namun, dia memprediksi tahun ini menjadi titik bawah untuk harga komoditas karena pertumbuhan China diperkirakan sudah mulai stabil.

"Saat ini terjadi dua hal, pelemahan ekonomi China yang mana buat harga komoditas jatuh meskipun sudah jatuh pada 2012, 2013, 2014, 2015. Tahun 2015 ini adalah titik yang bottom untuk harga komoditas karena pertumbuhan ekonomi China sudah mulai stabil walau belum meningkat," ujarnya di Gedung BI pada Jumat (7/8/2015).

Maka, tak heran apabila kondisi Domestik Bruto (PDB) di daerah yang mengandalkan komoditas seperti Sumatra dan Kalimantan menurun.

Namun, apabila harga komoditas sudah mulai stabil dan pertumbuhan ekonomi China sudah mulai stabil walaupun belum naik maka akan berpengaruh pada kenaikan PDB di Sumatra dan Kalimantan.

"Di Sumatra kan PDB kuartal I/2015 itu 3,1 sampai 3,2%, kuartal II/2015 turun ke 2,8%. Tapi di Kalimantan kuartal I/2015 1%, kuartal II/2015 1,3%. Kalau komoditi dan pertumbuhan ekonomi China ini mulai stabil maka PDB di Sumatera dan Kalimantan akan mulai stabil dan recovery itu akan terjadi di semester II," ujarnya.

Mirza menuturkan selain dampak dari pelemahan ekonomi, penurunan cadangan devisa juga dikarenakan karena menguatnya dolar AS yang membuat mata uang di sejumlah negara tertekan.

Penguatan mata uang dolar AS ini akibat dari rencana Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan atau fed fund rate.

"Mata uang seperti euro, terdepresiasi sekitar 10%, Swedia dan Norwegia terdepresiasi 17%, dolar Australia terdepresiasi 8% hingga 8,5%. Dari Januari sampai dengan hari kemarin ya. Jadi enggak hanya rupiah yang tertekan," tuturnya.

Mirza menambahkan dalam situasi pasar keuangan mengantisipasi menguatnya dolar AS, bank sentral sebaga otoritas yang harus menjaga stabilitas kurs itu harus hadir di pasar dengan ikut memberikan suplai dolar. Pemberian itu dengan menggunakan cadangan devisa.

"Cadev kita masih sangat baik, masih bisa unthk membiayai sekitar 6,5 hingga 6,6 bulan impor plus pembayaran utang pemerintah yang jatuh tempo," katanya.

Seperti diketahui lebih rendah dibandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir Mei 2015 senilai US$110,8 miliar.

Posisi cadangan devisa pada Mei tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir April 2015 senilai US$110,9 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper