Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah perlu mensinkronisasi data audit kebutuhan gula nasional dengan produsen dan distributor guna mengatasi masalah importasi gula.
Anggota Komisi IV DPR RI Rofi Munawar mengatakan hal ini mendesak dilakukan mengingat kebijakan penerbitan izin impor gula mentah oleh Kementerian Perdagangan belakangan ini dilakukan saat serapan gula domestik tidak maksimal.
Dia juga mengklaim data neraca kebutuhan gula yang ada saat ini pun tidak akurat.
"Jangan biarkan permasalahan dan polemik importasi gula ini berlarut-larut setiap tahun. Selain itu, pemerintah harus secara serius mengembangkan industri gula nasional sebagai basis produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik," katanya lewat keterangan resmi yang diterima Bisnis, Minggu (26/7).
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan kembali menerbitkan izin impor 600.000 ton gula mentah untuk pabrik gula rafinasi. Alasannya, impor gula kembali dibuka untuk menjaga pasokan bagi industri makanan dan minuman.
Selain itu, Rofi mengaku heran dengan pernyataan Mendag Rahmat Gobel yang mengatakan importasi gula rafinasi dilakukan untuk mencegah beredarnya gula impor ilegal.
Padahal, menurut dia, peredaran gula ilegal lebih kepada keseriusan dalam peningkatan kapasitas dan penegakan hukum. Selain itu, adanya peredaran gula ilegal karena tidak kompetitifnya gula nasional secara umum akibat harga yang lebih tinggi dan sistem produksi belum efisien.
Terkait dengan impor ini, Rofi mengatakan revitalisasi industri gula nasional mendesak dilakukan.
"Pabrik gula nasional tertinggal secara teknologi dan berumur tua. Importasi gula rafinasi bisa diminimalisir dengan kuatnya produksi serta efisiennya industri gula nasional,” ujarnya.
Impor Gula Mentah, Pemerintah Perlu Sinkronisasi Data
Pemerintah perlu mensinkronisasi data audit kebutuhan gula nasional dengan produsen dan distributor guna mengatasi masalah importasi gula.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ihda Fadila
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu