Bisnis.com, BANDUNG—Badan Pusat Statistis melansir perkembangan ekspor dan impor secara nasional, termasuk di Jawa Barat. Tercatat Jawa Barat sebagai daerah asal barang untuk ekspor yang paling banyak.
Kepala Badan Pusat Statistis (BPS) Suryamin memaparkan berdasarkan provinsi asal barang, Jawa Barat menduduki posisi yang teratas dalam menyuplai barang ekspor disusul kemudian Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan Riau.
“Secara mount to month to month Mei sampai Juni 2015, Jawa Barat masih yang paling tinggi, begitu pula dilihat secara year to year [yoy],” katanya dalam video teleconference yang disiarkan langsung di kantor BPS Jabar, Rabu (15/7/2015).
Berdasarkan data BPS Jabar, nilai ekspor Jabar pada Juni 2015 mencapai US$2,32 miliar, atau naik 10,57% dibandingkan dengan Mei 2015 yang nilainya sebesar US$2,1 miliar.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf menyampaikan golongan utama yang menopang kenaikan ekspor Jabar (mtm), salah satunya yakni kelompok komoditas pakaian jadi bukan rajutan yang mengalami kenaikan sebesar 26,43%.
“Secara kontribusi atau peran terhadap total ekspor, kelompok paling dominan yaitu mesin dan peralatan listrik sebesar 17,19% senilai US$367,79 juta. Tetapi secara kumulatif Januari s.d Juni 2015, kelompok ini turun 13,37% dibanding tahun lalu,” paparnya.
Data BPS Jabar menyebutkan secara kumulatif perhitungan dari Januari-Juni 2015 atau semester I tahun ini, nilai ekspor Jabar turun 4,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari US$13,57 miliar menjadi US$12,95 miliar.
“Meski turun [secara yoy], nilai ekspor dari Jawa Barat masih paling tinggi [dari provinsi lain]. Kalau melihat mtm, memang sudah mulai ada harapan nilai ekspor kita naik lagi,” ujarnya.
Selama 13 bulan terakhir di Jawa Barat, nilai ekspor nonmigas tertinggi tercatat pada Oktober 2014 dengan nilai US$2,36 miliar dan nilai terendah terjadi pada Februari 2015 dengan nilai US$1,96 miliar.
Sementara nilai ekspor migas tertinggi dari Tanah Priangan terjadi pada Juni 2014 dengan nilai US$122,73 juta, sedangkan nilai terendah US$48,50 juta terjadi pada Maret 2015.
Ekspor nonmigas Juni 2015 mencapai US$2,25 miliar, naik 11,31% dibanding Mei 2015 yang tercatat US$2,02 miliar. Sementara ekspor migas mencapai US$67,57 juta turun 9,65% dibanding Mei 2015.
“Kalau ekspor migas kita turun justru itu bagus, asalkan nonmigasnya naik,” sebut Dody.