Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah importir besar diketahui mulai ambil posisi menyusul beredarnya tiga nama calon dirjen bea cukai yang dikantongi menteri keuangan. Para importir kakap ini mulai kasak-kusuk mencari akses dan informasi serta mencoba menjalin kontak dengan berbagai pihak terkait.
Informasi yang dihimpun Bisnis menyebutkan para importir kakap itu sudah merasa cukup nyaman dengan ketiga nama calon dirjen bea cukai tersebut. Baik Heru Pambudi, Susiwijono, maupun Syafri Adnan Baharuddin, diyakini tidak akan menggunakan ‘tangan besi yang panas’ kepada mereka.
Selain itu, sebagian dari mereka menyakini, dari tiga nama tersebut, pilihan presiden akan mengerucut antara dua nama, yaitu Heru Pambudi dan Susiwijono. “Ini antara Heru dan Susiwijono. Kalau Syafri sepertinya tidak,” kata seorang importir di Jakarta, Jumat (5/6).
Sebelumnya diberitakan Heru Pambudi, Susiwijono, dan Syafri Adnan Baharuddin, adalah tiga nama kandidat dirjen bea cukai yang telah dikantongi menkeu untuk diserahkan ke presiden, dari tahap seleksi sebelumnya yang menghasilkan enam nama kandidat.
Presiden selanjutnya akan memilih satu dari tiga nama itu untuk memimpin ditjen bea cukai. Hingga berita ini diturunkan, Kementerian Keuangan masih belum memberikan pernyataan resmi apapun atas informasi tentang tiga nama tersebut. Menkeu memilih menyembunyikannya.
Di luar gerakan sejumlah importir kakap itu, ada pula gerakan dari kelompok penekan yang menggunakan modus tradisional, yaitu demonstrasi dengan segelintir orang dan mengirim siaran pers ke media. Gerakan ini antara lain dimainkan Jaringan Muda Anti Korupsi (JAMAK) dan Visi Indonesia.
Menariknya, dua kelompok penekan (lembaga swadaya masyarakat/ LSM) yang sudah bergerak sejak pekan lalu itu dipimpin oleh orang yang sama, yaitu Ade Andriansa. Dia bertindak selaku koordinator JAMAK dan Sekretaris Eksekutif Visi Indonesia.
Selain itu, tuntutannya juga sama. Baik JAMAK maupun Visi Indonesia sama-sama menuntut penolakan pencalonan Susiwijono sebagai dirjen bea cukai. JAMAK dan Visi Indonesia sama menduga Susiwijono telah menyetor uang sekitar Rp100 miliar kepada makelar jabatan di Kemenkeu.
Ade Andriansa sempat dikenal dengan Pusat Jaringan Indonesia (PJI) dan Gerakan Penyelamat Migas Indonesia (GPMI). Posisinya sebagai Ketua Presidium PJI dan Ketua Umum GPMI. Sama dengan modus saat ini, kedua ‘bendera’ itu bergerak saat PT Pertamina tengah menyeleksi direktur utama.