Bisnis.com, JAKARTA—Investor di Indonesia diperkirakan mengalami potensi defisit imbal hasil investasi sebesar 6,6% per tahun dibandingkan beban keuangan yang ada.
Dalam laporan bertajuk One step forward, half a step back: Meeting financial goals in Asia yang diterbikan Manulife Asset Management disebutkan potensi difisit tersebut timbul akibat ketidakselarasan antara imbal hasil investasi dengan kenaikan beban keuangan.
Di Indonesia, beban keuangan naik rata-rata 11,1% per tahun, sedangkan imbal hasil portofolio investasi hanya naik 4,5% per tahun.
Michael Dommermuth, Executive Vice President Head of Wealth and Asset Management Manullife Asset Management, mengatakan riset ini menganalisa lima alasan investasi di Asia.
Adapun kelima tujuan investasi tersebut adalah dana untuk masa pensiun, pendidikan tinggi untuk anak, mempertahankan gaya hidup, membeli rumah, dan dana darurat untuk kesehatan.
“Investor di Indonesia unik karena tujuan utama investasi di Indonesia adalah untuk pendidikan tinggi bagi anak,” katanya, Kamis (4/6/2015).
Menurutnya, penyebab utama terjadinya defisit investasi adalah jumlah dana tunai yang sangat tinggi dalam portofolio investor.
Berdasarkan survey, masyarakat Indonesia rata-rata menyimpan 48% dari total aset dalam bentuk dana tunai dengan rupiah.