Bisnis.com, Jakarta--Lebih dari 30 kapal pelayaran tradisional terlihat parkir di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Salah satu kru Anak Buah Kapal (ABK) Arif mengatakan kapalnya sudah bersandar di pelabuhan itu selama satu bulan. Menurutnya, kapal-kapal masih menunggu muatan agar dapat berlayar.
"Satu bulan belum ada muatan. Katanya sih bakal ada," katanya saat ditemui Bisnis.com, Jumat (15/5/2015).
Pria yang biasa beroperasi dari Pelabuhan Gresik ini menganggur akibat sepinya muatan. Biasanya dia dapat mengantongi Rp4 juta sampai Rp5 juta sekali berlayar. Akibat sepi muatan, paling sedikit dia membawa Rp1,5 juta.
Hery, ABK lainnya, juga hanya duduk-duduk sambil minum kopi di tepian dermaga dekat kapalnya bersandar. Tak ada yang bisa dilakukannya, kecuali menunggu muatan. Dia menuturkan muatan saat ini lebih didominasi dengan semen. Pria asal Bogor ini menyadari perbedaan kesibukkan kapal ketika kayu masih diperbolehkan menjadi komoditas perdagangan.
"Cari kerja di darat sulit, makanya kerja di laut. Padahal di laut risikonya besar," ucapnya.
Fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berimbas pada labilnya harga barang, sehingga muatan kapal sepi. Kapal-kapal tradisional itu masih mengandalkan kayu sebagai bahan pembuatan kapal. Pelayaran rakyat ini sempat berjaya mengantarkan logistik, namun perlahan jumlahnya menurun akibat tenggelam dan kehilangan bahan baku pembuatan kapal.