Bisnis.com, JAKARTA— Impor bahan baku anjlok pada April 2015 meski periode konsumsi tinggi sepanjang bulan puasa dan lebaran hanya kurang dari 2 bulan lagi.
Rendahnya impor bahan baku di tengah kenaikan harga minyak dunia menjadikan prospek kenaikan konsumsi domestik pada kuartal II/2015 suram setelah ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,71% pada kuartal I/2015.
Nilai impor bahan baku sepanjang April 2015 hanya sedikit di atas US$9,69 miliar atau anjlok 22,19% dibandingkan impor senilai US$12,45 miliar pada April 2014.
Impor bahan baku yang sangat rendah menandakan stok industri pengolahan dalam negeri masih memadai untuk meladeni kenaikan permintaan periode bulan puasa dan libur hari raya yang jatuh mulai pertengahan Juni.
Stok yang cukup juga menjadi indikasi pabrik-pabrik di seluruh Indonesia berproduksi di bawah kapasitas dan mengantisipasi kenaikan permintaan lebaran yang lebih landai pada 2015.
Hasil produksi yang tersimpan di gudang pun memuncak. Indeks manufaktur HSBC yang menyatakan stok output industri manufaktur Indonesia pada April berada di level tertinggi kedua sejak survei PMI dimulai pada 2011.
Survei yang sama menyatakan pelaku usaha manufaktur Indonesia sangat terbebani oleh depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Impor bahan baku industri dengan pertumbuhan pasar tinggi dalam beberapa tahun terakhir seperti otomotif dan barang konsumsi melempem.
Bahan kimia organik, yang digunakan dalam beragam produksi mulai plastik, makanan olahan hingga sabun, jatuh 20,90% year on year sepanjang Januari—April 2015.
Impor kendaraan bermotor dan komponen jatuh 11,68% pada periode yang sama, sedangkan impor mesin dan peralatan listrik jatuh 13,29%.
Industri yang masih menggunakan bahan baku impor mengalami lonjakan produksi di saat rupiah yang lemah tidak mampu mendongkrak kinerja ekspor Indonesia.
Kenaikan harga bahan bakar dan bahan baku impor membuat produk Indonesia kalah bersaing di pasar global dengan barang hasil produksi pabrik di India dan China.
Data ekspor April menunjukkan nilai ekspor non migas turun 6,43% year on year pada periode Januari—April 2015.
Ekspor produk-produk manufaktur utama yang menggunakan bahan baku luar negeri pada periode yang sama anjlok, seperti mesin/peralatan listrik (-11,57%), karet dan barang dari karet (-28,59%), produk kimia (-32,24%).
Pabrik-pabrik yang masih bekerja di bawah kapasitas ketika bulan puasa kurang dari 2 bulan lagi bisa menjadi sinyal kelesuan ekonomi Indonesia.
Ketika pemerintah menyatakan investasi akan menjadi andalan pendorong ekonomi tahun ini, sulit membayangkan investor berminat masuk atau meningkatkan kapasitas pabrik mereka di Tanah Air di saat konsumsi sangat lesu.